KASUS KESALAHPAHAMAN PRAGMATIK LINTAS BUDAYA SUNDA DAN MINANG DALAM PERCAKAPAN SEHARI-HARI
Kelompok 13
Shylla Arista Muchri (2110722036), Sincia Pretia Anisca (2110722006),Wina Aria Safitri (2110721026)
Komunikasi antarbudaya merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan sosial yang semakin kompleks dan dinamis, terutama di negara dengan keberagaman budaya seperti Indonesia. Dalam konteks komunikasi, pragmatik memegang peranan yang sangat vital. Pragmatik merujuk pada studi tentang bagaimana konteks mempengaruhi cara kita memahami dan menggunakan bahasa dalam percakapan sehari-hari. Kesalahpahaman pragmatik sering kali terjadi ketika dua individu dari latar belakang budaya yang berbeda berkomunikasi, karena masing-masing pihak mungkin memiliki norma, nilai, dan ekspektasi yang berbeda terhadap interaksi verbal dan non-verbal.
Budaya Sunda dan Minangkabau adalah dua dari banyak budaya yang ada di Indonesia, masing-masing memiliki karakteristik komunikatif yang unik. Masyarakat Sunda, yang mayoritas berdomisili di Jawa Barat, dikenal dengan gaya komunikasi yang halus, penuh basa-basi, dan cenderung menghindari konflik. Sebaliknya, masyarakat Minangkabau dari Sumatera Barat cenderung lebih lugas dan langsung dalam berkomunikasi. Perbedaan ini, meskipun tampak sepele, dapat memicu kesalahpahaman yang signifikan dalam interaksi sehari-hari.
Dalam percakapan antara masyarakat Sunda dan Minangkabau, kesalahpahaman pragmatik sering kali terjadi karena perbedaan dalam interpretasi makna, intensi, dan strategi komunikasi. Sebagai contoh, ketika seorang Sunda menyatakan ketidaksetujuan dengan cara yang tidak langsung, orang Minangkabau mungkin menginterpretasikannya sebagai ketidakjelasan atau ketidaktegasan. Sebaliknya, gaya komunikasi Minangkabau yang lebih terbuka dan langsung bisa dianggap kasar atau tidak sopan oleh masyarakat Sunda.
Kajian mengenai kesalahpahaman pragmatik lintas budaya ini penting untuk beberapa alasan. Pertama, dengan memahami bagaimana kesalahpahaman terjadi, kita dapat mengidentifikasi strategi komunikasi yang lebih efektif dan sensitif terhadap konteks budaya yang berbeda. Kedua, pengetahuan ini dapat diaplikasikan dalam pengembangan program pelatihan komunikasi antarbudaya yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan toleransi antarindividu dari latar belakang budaya yang beragam. Ketiga, penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi signifikan pada bidang linguistik dan antropologi budaya dengan memperkaya literatur tentang interaksi antarbudaya dan pragmatik.
Lintas budaya pragmatik antara Sunda dan Minang mencakup perbandingan aspek-aspek komunikasi, perilaku, dan nilai-nilai budaya yang khas dari kedua etnis ini. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai lintas budaya pragmatik antara Sunda dan Minang:
1. Bahasa dan Ungkapan:
Sunda: Bahasa Sunda sering kali menggunakan ungkapan yang halus dan sopan. Orang Sunda cenderung menggunakan bahasa yang lembut dan ramah, serta menghindari konfrontasi langsung dalam percakapan.
Minang: Bahasa Minangkabau memiliki karakteristik yang lebih langsung dan to the point. Orang Minang sering kali berbicara dengan jelas dan tegas, mencerminkan budaya yang terbuka dan lugas.