Berbicara tentang seorang guru, sangat teringat jelas dalam ingatanku lantunan sebuah lagu indah nan merdu yang sering dinyanyikan pada saat perpisahan tingkat pendidikan di Indonesia, kurang lebih liriknya seperti ini:
Terpujilah wahai Engkau Ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir, di dalam hatiku
S’bagai prasasti terimakasihku ‘ntuk pengabdianmu
Bait pertama lantunan lagu berjudul “Hymne Guru” mengisahkan tentang jasa dan bakti seorang guru dalam sebuah pengabdian hidupnya. Lagu karya Sartono tersebut selalu dinyanyikan di sekolah-sekolah baik tingkat SD sampai dengan tingkat SMA dan sederajat di seluruh wilayah Indonesia. Lagu ini mengajarkan pada seluruh rakyat Indonesia, bahwa guru adalah orang yang paling berjasa dan berbakti untuk negeri ini. Pengabdiannya yang hanya bertujuan untuk mencerdaskan bangsanya, dirasa oleh rakyat adalah paling berjasa dibandingkan dengan profesi-profesi yang lain, sekalipun itu adalah presiden. Karena dari tangan-tangan hebat seorang guru lah, terlahir seorang pejabat, pengusaha, ilmuwan, menteri maupun presiden.
Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbesar keempat di dunia. Jumlah penduduk Indonesia mencapai sekitar 237.641.326 jiwa pada survei di tahun 2013/2014. Negara ini pula memiliki jumlah guru yang berkisar 2,92 juta orang pada tahun survei yang sama. Melihat banyaknya jumlah guru yang ada di Indonesia, bukan tak mungkin negeri ini akan lebih mudah terbebas dari kehancuran dan kemunduran seperti negeri matahari terbit beberapa tahun silam. Penyelamat dengan jasa yang tak terbalaskan menjadikan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa sebagai gelar yang disematkan oleh rakyat untuk profesi guru.
Sekitar 2,92 juta orang di Indonesia memilih jalan hidupnya menjadi seorang guru. Kurang lebih 72% guru di Indonesia memilih mengabdikan dirinya di kota-kota maju sedangkan sisanya 28% lebih memilih mengajar di pedesaan maupun daerah terpencil seperti di pedalaman Papua, Maluku, NTT, dan sebagainya. Melihat data statistik seperti itu, sedikit prihatin akan profesi guru yang mengalami penurunan kualitas dengan banyak mengharapkan uang daripada mengedepankan kembali tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Padahal jika menilik kembali daerah-daerah pedesaan dan terpencil di Indonesia, lebih memerlukan pendidikan-pendidikan yang layak dan guru-guru profesional agar pendidikan di Indonesia pun menjadi merata. Maka dari itu, perlunya perataan pengabdian seorang guru di Indonesia ke desa-desa dan daerah terpencil menjadi solusi penting bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Pengabdian seorang guru tak akan pernah lekang oleh waktu. Pengabdiannya yang tidak dapat terlupakan oleh anak didiknya menjadikan guru begitu istimewa di hati mereka. Apalagi jika pengabdiannya di daerah-daerah terpencil, yang di sana pula sulit air, kendaraan, dan cuaca yang terkadang tidak bersahabat bagi sang guru. Namun, dimanapun guru itu berada jiwa pahlawan tanpa tanda jasa akan selalu mengalahkan keterbatasannya saat itu. Pengabdiannya yang setiap hari menjinjing tas selama perjalanan,
membuka buku-buku usang yang dahulu sering dibaca, merekahkan senyuman ketika anak didiknya berhasil menjawab soal, mengajarkan sesuatu yang rumit dengan hati yang sabar, dan menjabatkan tangannya ketika kelas telah usai, adalah kebiasaan-kebiasaan sang pahlawan tanpa tanda jasa. Kebiasaan yang tak dapat kita dilupakan bukan?