Mohon tunggu...
Sakinah Putri Susanto
Sakinah Putri Susanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Undergraduate of History Education at Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

The World Heritage: Mengulik Situs Bersejarah Sangiran di Jawa Tengah

3 Januari 2023   13:00 Diperbarui: 3 Januari 2023   12:59 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mendengar kata Sangiran, tentunya tidak asing lagi di telinga orang – orang yang menyukai sejarah terutama sejarah Indonesia. Sangiran merupakan salah satu situs arkeologi yang berada di Jawa Tengah. 

Pada tahun 1995 menurut UNESCO, Sangiran telah menjadi salah satu situs paling diakui oleh para ilmuan sebagai tempat terpenting untuk mempelajari fosil manusia yang mana digadang – gadangkan sama seperti seperti situs – situs di China, Australia, Tanzania dan Afrika Selatan yang merupakan penemuan paling terbaik. 

Yang mana penemu pertama dari situs Sangiran ini adalah P.E.C Schemulling. Pada abad ke – 19, Eguene Dubois pernah melakukan penelitian di Sangiran namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkannya di kawasan Trinil, Ngawi.

Pada tahun 1941, penggalian oleh tim von Koenigswald yang berakhir dan koleksi – koleksi ini di simpan di sebuah bangunan yang kita kenal sekarang adalah Museum Manusia Purba Sangiran. 

Namun tidak semua koleksi dipajang di Sangiran, Sebagian koleksi penting dikirim ke Jerman ke salah satu temannya yaitu Franz Weidenreich. Museum ini menjadi salah satu Warisan Budaya Dunia (World Heritage List) yang digunakan sebagai sarana edukasi. Ada 3 ruang pameran di mana setiap ruang pameran menyuguhkan berbagai fosil jutaan tahun lalu yang tertata rapi. 

Di Sangiran terdapat puluhan ribu fosil dari zaman pleistocen (lebih dari dua juta tahun yang lalu). Terdapat 50 jenis atau individu temuan fosil jenis hominid purba yang diduga sebagai asal evolusi manusia di Sangiran. Fosil yang ditemukan di wilayah ini merupakan 50 persen dari temuan fosil di dunia dan 65 persen dari temuan di Indonesia.

Sebagai rakyat Indonesia sudah sepatutnya kita bangga dengan kekayaan yang dimiliki Sangiran. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil, di mana 2.931 fosil ada di museum ini sementara sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Fosil-fosil tersebut terdiri dari fosil manusia, binatang bertulang belakang, binatang air, batu – batuan, dan alat – alat batu. 

Saat ini Situs Sangiran dijadikan Museum dan banyak yang berkunjung ke museum yang di resmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 15 Desember 2011.

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Pada saat kalian mulai memasuki museum, akan di sajikan di bagian kanan bentuk lapisan tanah vulkanik berusia 1,8 juta tahun yang masih kokoh beridiri. Upaya pelestarian lapisan tanah di Bumi Sangiran mulai dilakukan, salah satunya dengan menalud tanah yang ada di selatan Museum Manusia Purba Klaster Krikilan. 

Upaya ini dilakukan untuk menyelamatkan lapisan tanah berusia 1,8 juta tahun yang sangat kaya akan pengetahuan dan berguna bagi penelitian nantinya. Pada gambar yang telah disajikan diatas merupakan hasil dari erupsi Gunung Lawu Purba, dimana diatas tanah yang tidak mengandung fosil ini dibangun Museum Manusia Purba Sangiran.

Pada saat berkunjung kesana, akan ada tour guide yang dengan ramah memandu perjalanan kalian untuk menjelajahi museum ini. Edukasi yang diberikan oleh tour guide ini cukup jelas dan sangat dimengerti, terutama bagi orang yang baru pertama kali berkunjung ke museum ini akan sangat tertarik dengan cerita dibalik pembangunan museum Sangiran ini.

 

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Kemudian, setelah memasuki pintu utama Sangiran akan disuguhi layar yang dapat di sentuh dan akan memunculkan penjelasan mengenai informasi perjalanan Sangiran dari laut sampai daratan. Yang mana bahwasanya, kawasan ini dahulunya merupakan sebuah lautan namun menjadi rawa – rawa lalu berubah kembali menjadi daratan. 

Perjalanan ini tergambarkan lewat sebuah video 3 Dimensi di sebuah panel pada ruang pameran satu. Masih di ruang yang sama, namun sedikit bergeser ke depan kita akan disajikan bermacam – macam fosil hewan. Hewan yang berasal dari laut, maupun hewan yang berada di daratan. Museum sangiran ini memuat banyak sekali kerang – kerang, penyu, maupun manusia purba.

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Fosil – fosil yang disajikan ini di kelompokan menjadi beberapa yaitu berdasarkan era atau tahun berapa fosil ini berasal. Selain itu juga banyak fosil seperti buaya, kuda nil. 

Dari sini dibuktikan bahwasanya dahulu museum sangiran ini merupakan rawa – rawa, sehingga banyak ditemukan fosil buaya berserta hewan laut lain. Dan di ruangan pameran ini juga terdapat fosil gajah purba atau stegodon yang berdiri gagah dan tersusun rapih. Apabila kita berpindah dan masuk ke dalam lorong penghubung ruangan, kita akan di sambut dengan fosil – fosil manusia purba. Banyak sekali koleksi fosil manusia purba yang dapat di jumpai di ruangan pameran ini. 

Selain fosil Homo Erectus, dapat dijumpai pula fosil berupa alat – alat yang mereka gunakan untuk bertahan hidup. Di museum sangiran terdapat koleksi kapak batu serta bola batu yang dapat kalian lihat langsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun