Ketika mendengar kata Sangiran, tentunya tidak asing lagi di telinga orang – orang yang menyukai sejarah terutama sejarah Indonesia. Sangiran merupakan salah satu situs arkeologi yang berada di Jawa Tengah.Â
Pada tahun 1995 menurut UNESCO, Sangiran telah menjadi salah satu situs paling diakui oleh para ilmuan sebagai tempat terpenting untuk mempelajari fosil manusia yang mana digadang – gadangkan sama seperti seperti situs – situs di China, Australia, Tanzania dan Afrika Selatan yang merupakan penemuan paling terbaik.Â
Yang mana penemu pertama dari situs Sangiran ini adalah P.E.C Schemulling. Pada abad ke – 19, Eguene Dubois pernah melakukan penelitian di Sangiran namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkannya di kawasan Trinil, Ngawi.
Pada tahun 1941, penggalian oleh tim von Koenigswald yang berakhir dan koleksi – koleksi ini di simpan di sebuah bangunan yang kita kenal sekarang adalah Museum Manusia Purba Sangiran.Â
Namun tidak semua koleksi dipajang di Sangiran, Sebagian koleksi penting dikirim ke Jerman ke salah satu temannya yaitu Franz Weidenreich. Museum ini menjadi salah satu Warisan Budaya Dunia (World Heritage List) yang digunakan sebagai sarana edukasi. Ada 3 ruang pameran di mana setiap ruang pameran menyuguhkan berbagai fosil jutaan tahun lalu yang tertata rapi.Â
Di Sangiran terdapat puluhan ribu fosil dari zaman pleistocen (lebih dari dua juta tahun yang lalu). Terdapat 50 jenis atau individu temuan fosil jenis hominid purba yang diduga sebagai asal evolusi manusia di Sangiran. Fosil yang ditemukan di wilayah ini merupakan 50 persen dari temuan fosil di dunia dan 65 persen dari temuan di Indonesia.
Sebagai rakyat Indonesia sudah sepatutnya kita bangga dengan kekayaan yang dimiliki Sangiran. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil, di mana 2.931 fosil ada di museum ini sementara sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Fosil-fosil tersebut terdiri dari fosil manusia, binatang bertulang belakang, binatang air, batu – batuan, dan alat – alat batu.Â
Saat ini Situs Sangiran dijadikan Museum dan banyak yang berkunjung ke museum yang di resmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 15 Desember 2011.
Pada saat kalian mulai memasuki museum, akan di sajikan di bagian kanan bentuk lapisan tanah vulkanik berusia 1,8 juta tahun yang masih kokoh beridiri. Upaya pelestarian lapisan tanah di Bumi Sangiran mulai dilakukan, salah satunya dengan menalud tanah yang ada di selatan Museum Manusia Purba Klaster Krikilan.Â