Mohon tunggu...
Rizqi Hidayatulloh
Rizqi Hidayatulloh Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Biarkan Sunyi Bernyanyi

10 Oktober 2015   11:41 Diperbarui: 10 Oktober 2015   11:45 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Resah dalam sebuah kisah, bersama waktu menembus ragu

Aku tau ini indah, aku tau ini tak mudah

Tenanglah dan duduk bersama sunyi dan rasakan sejenak, kelak semua terjadi tak pernah seperti yang kau harapkan.

--------

Entah perasaan apa hingga barisan kata ini tercipta, berbelit, rumit bahkan nyaris tanpa makna. Ketika yang terasa takpernah bisa diungkapkan oleh nada, terbataskan cara hingga raga hanya mampu bersimpuh memohon belas kasihan, nona!

 

Hadirku diantara berjuta jiwa di dunia, memiliki jiwa yang sama, raga yang sama, harapan yang sama cita yang sama, dan semua awalan yang sama, dulunya! Dan pada akhirnya jiwa ini hanyalah air mata yang terbuang, ketika sedih sekejap tlah mulai hilang, jiwa ini hanyalah sunyi yang ditinggalkan ketika keramaian mulai datang.

Jiwa diantara barisan pemeran sandiwaramu, biarkan pemeran-pemeran itu mengisi  waktu bahagiamu, bersamamu dalam kurun waktu yang tak ditentukan.

Kelak biarkan jiwa ini menjadi air matamu, pelampiasan resah dan ragumu, dan dalam waktu yang ditentukan aku keluar dari kelopak matamu, mengalir melewati lekuk wajahmu yang sejak dulu selalu terlihat indah, perlahan menyentuh ranum bibirmu meski hanya dari sudut kepedihan, tak sampai air mata ini hingga menikmati indah lehermu, kau usap aku lantas kau singkirkan.

Biarkan aku menjadi airmatamu! Biarkan ku basuh penuh wajahmu, biarkan sejenak kunikmati setiap inci keindahan wajahmu meski ku tau kau tak bahagia, dan pada akhirnya kau cegah aku menembus jauh lebih dalam tubuhmu, lantas aku kau singkirkan. Dan dalam waktu yang ditentukan kau kembali bersama pemeran yang lain.

Jiwa bersama celoteh sang pencipta barisan syair indah, meski dalamnya makna tak pernah seindah syair.

Dalam waktu yang terus berpacu, biarkan sunyi ini bernyanyi, mencoba didengar di tengah riuh keramaian, dan biarkan jiwa ini menjadi sunyi, Mengisi sudut hatimu ketika kau tlah lelah membuang air mata. Biarkan sunyi bernyanyi, alunkan lagu yang kau suka, mengisi sudut hatimu yang tengah resah meski ku tau sunyi tak pernah berbunyi.

Indah sesuatu hal yang selalu manusia tuju, selalu jiwa dambakan. Dari sudut lain terkadang indah adalah ketika yang jiwa lakukan dapat menjadi indah untuk orang lain, meski pada akhirnya jiwa hanya menjadi air mata bahkan hanya menjadi sunyi.

sadar diri tak sempurna, namun biarkan cinta ini kan tetap ada, dan terlukis indah dalam air mata”

Sakid, 15

 

Sumber foto: Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun