Mohon tunggu...
Rizqi Hidayatulloh
Rizqi Hidayatulloh Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

3 Cangkir Kopi

30 September 2015   10:13 Diperbarui: 30 September 2015   11:03 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua cangkir kopi dengan warna-warna berbeda, keindahan dalam setiap tegukannya, dan setiap tegukan semakin memudarkan warna-warna yang ada. Hingga cangkir itu habis, juga warna-warna didalamnya semakin samar, semakin redup, hilang tak berbekas.

Dan kini ia pesan cangkir kopi yang ketiga. Ya, tiga cangkir kopi menjadi teman, tiga cangkir kopi menjadi keyakinan. Bagaimana ini terjadi, ia memesan tiga cangkir kopi, apa ia pendosa? Manusia pernah ikrarkan sempurna yang berakhir hina, janji yang diingkari. Warna-warna dalam tiga cangkir kopi bersusun indah menyelaras seperti pelangi, pelangi dalam tiap cangkir kopi. Apa semua berakhir dalam keindahannya? Tentu tidak. Dalam rasa pahit dari setiap tegukan kopi sedikit demi sedikit memudarkan keindahannya, meleburkan setiap warnanya hingga cangkir itu kosong dan kembali ia pesan cagkir kopi selanjutnya.

Lama ia menatap kopi yang ketiga, sebuah pilihan. Dalam tatapan kosongnya Tiara jelas tergambar disana, dalam putaran serbuk kopi yang disiram air panas tanpa gula. Tergambar jelas pelangi dalam tiga cangkir kopi, lama ia tatap cangkir kopi yang ketiga, menatap Tiara, lama semakin lama, lama, lama ia menatap Tiara juga istrinya dan mereka kini bergegas pergi ke gereja. Pelangi dalam tiga cangkir kopi, sebuah pilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun