“Aku juga merasa bahwa selama ini hubungan kita lebih dari sekedar teman, tapi....”
“Tapi apa Nit”
“Tapi untuk kita jadian kayaknya nggak mungkin”
“Kenapa, apa kamu sudah punya pacar”?
“Tidak, sampai hari ini aku masih sendiri, hanya saja aku belum mau pacaran dulu, aku mau fokus pada kuliahku, jadi aku minta maaf, aku nggak bisa memenuhi permintaan kamu”
“Nit kalau cuma kayak gini akhirnya, ngapain dulu kamu selalu ngasih harapan sama aku, bahwa apa yang selama ini kamu tunjukkan seolah-olah kamu suka sama aku, mengapa Nit? Kamu kan cewek seharusnya kamu ngerti donk soal masalah perasaan, jangan kamu permainkan seenaknya saja, aku nggak bisa di giniin Nit”
“Sekali lagi aku mohon maaf sama kamu kalau selama ini apa yang telah aku lakukan seolah –olah itu memberikan harapan sama kamu, tapi sungguh aku nggak pernah bermaksud untuk mempermainkan perasaanmudengan memberi sebuah harapan palsu”
“Semuanya sudah terlanjur Nit, perasaan sayang yang begitu dalam kepadamu kini terbuang sudah, dan aku nggak nyangka, kamu akan setega ini kepadaku”
Aji pun beranjak dari tempat dudukya dan langsung pergi meninggalkan Nita sendiri di kafe
Perasaan kecewa, sedih dan jengkel seolah bercampur jadi satu pada benak aji. Nita yang masih duduk dikafe merasa tak percaya terhadap peristiwa yang baru saja terjadi. Ada rasa bersalah yang begitu dalam pada diri nita, tapi apa boleh buat, tekadnya untuk fokus kuliah membuatnya tetep tegar dengan pendirianya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H