Mohon tunggu...
Muh Syaefurrokhman
Muh Syaefurrokhman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa Sarjana Matematika yang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Saya memiliki minat terhadap pengabdian masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Hidup Hedon bagi Mahasiswa Penerima KIP-Kuliah

22 Oktober 2024   13:11 Diperbarui: 22 Oktober 2024   13:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemberian Beasiswa adalah jenis bantuan keuangan yang diberikan kepada orang yang membutuhkan untuk membantu dia dalam mendapatkan akses ke pendidikan. Bantuan ini sangat penting untuk memastikan bahwa orang-orang dengan latar belakang ekonomi yang terbatas memiliki kesempatan pendidikan yang sama. 

Beasiswa biasanya diberikan oleh instansi pemerintah, perusahaan, atau yayasan. Beasiswa sendiri dapat diberikan tanpa syarat (gratis) atau dengan ikatan kerja (biasanya disebut ikatan dinas) setelah lulus sekolah.

Ada beberapa program beasiswa dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia. Salah satunya adalah Program Beasiswa Bidikmisi atau Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah), yang bertujuan untuk memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi bagi siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu secara finansial.

 Program ini merupakan upaya nyata untuk mengurangi kesenjangan pendidikan dan memastikan bahwa peluang yang sama diberikan kepada semua lapisan masyarakat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir terdapat perhatian yang meningkat terhadap fenomena tertentu di kalangan mahasiswa penerima beasiswa yang mencerminkan gaya hidup yang hedonistik. 

Dalam konteks mahasiswa penerima beasiswa, fenomena hedonisme mengacu pada adopsi gaya hidup yang cenderung berorientasi pada konsumsi material dan pengalaman instan. 

Mereka yang menjalani gaya hidup mewah ini biasanya memiliki banyak barang mewah, seperti perangkat elektronik terbaru, pakaian desainer, atau menghabiskan uang untuk hiburan dan aktivitas yang tidak penting lainnya.

Konsumsi dan gaya hidup mahasiswa penerima beasiswa sangat dipengaruhi oleh faktor sosio-ekonomi. Beasiswa sering diberikan kepada orang-orang dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu, di mana mereka mengalami keterbatasan terhadap barang-barang mewah selama masa kecil atau remaja mereka. 

Ketika mereka mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi, mahasiswa ini mungkin merasa terbebas dari keterbatasan dan cenderung "mengejar ketertinggalan" dalam hal konsumsi barang-barang mewah yang sebelumnya tidak mereka dapatkan.

Fenomena hedonisme di kalangan penerima Beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) menunjukkan paradoks sosial yang kompleks dan menarik perhatian terhadap hubungan antara tekanan sosial, nilai-nilai konsumtif, dan bantuan keuangan. 

Banyak contoh yang menunjukkan bahwa penerima KIPK memilih gaya hidup hedonis, menunjukkan kepemilikan barang-barang mewah atau konsumtif yang seharusnya tidak dapat mereka beli. 

Fenomena ini juga menimbulkan pertanyaan mendalam tentang kredibilitas program beasiswa dan cara dana publik digunakan. Apakah mereka benar-benar membutuhkan bantuan keuangan atau malah menyalahgunakan kesempatan ini untuk menjalani gaya hidup yang mahal?

Faktor pendorong yang kuat dari fenomena hedonisme tersebut adalah lingkungan sosial dan tekanan dari teman sebaya. Di lingkungan kampus, terlibat dalam interaksi dengan orang-orang yang memiliki sumber daya keuangan yang lebih tinggi dapat mendorong penerima KIPK untuk mengikuti gaya hidup mewah. 

Tekanan untuk terlihat sukses, bergaul dengan orang-orang tertentu, dan merasa diterima dalam lingkungan sosial tertentu seringkali mengarah pada perilaku konsumtif yang tidak sejalan dengan keuangan mereka. 

Penerima KIPK mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka, yang seringkali menyebabkan mereka membelanjakan lebih banyak uang daripada yang seharusnya. 

Selain itu, manajemen keuangan yang buruk dapat menyebabkan perilaku hedonis. Penerima KIPK mungkin menghadapi kesulitan untuk memahami apa yang mereka butuhkan dan inginkan jika mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang mengelola keuangan pribadi. 

Seringkali, ketidakmampuan untuk mengatur prioritas ini menyebabkan pola pengeluaran yang tidak terkendali dan gaya hidup konsumtif. Penerima KIPK mungkin tidak memiliki pengalaman atau keterampilan yang diperlukan untuk mengelola uang, yang dapat menyebabkan keputusan finansial yang kurang bijak.

 Hedonisme di kalangan penerima KIPK bukanlah sekadar masalah individual, tetapi mencerminkan dinamika sosial yang lebih besar. Hal ini menyoroti tantangan pendidikan keuangan yang perlu diatasi untuk memastikan bantuan finansial bermanfaat secara maksimal bagi yang membutuhkannya. 

Dampak hedonisme pada program KIPK mencakup aspek yang memengaruhi tidak hanya penerima manfaat langsung, tetapi juga keseluruhan efektivitas dan integritas program tersebut. Salah satu dampak yang signifikan adalah penyalahgunaan dana yang seharusnya dialokasikan untuk pendidikan dan kebutuhan pokok. 

Ketika penerima KIPK menggunakan dana ini untuk menjalani gaya hidup mewah, mereka menyimpang dari tujuan utama program beasiswa, yaitu membantu mereka yang kurang mampu. 

Penyalahgunaan dana seperti ini merusak kepercayaan masyarakat terhadap program bantuan, yang seharusnya memberikan bantuan ini kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.

Untuk mencegah terjadinya hal-hal di atas seperti gaya hidup hedon dan penyalahgunaan dana bagi mahasiswa penerima KIPK, maka program beasiswa harus memberikan pendekatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan kepada mahasiswa tersebut, seperti bimbingan keuangan dan pembinaan bagi penerima manfaat.

 Dengan demikian, tujuan utama program beasiswa dapat tercapai lebih efektif, yaitu memberikan kontribusi positif bagi individu penerima dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun