Jenis birahi pada manusia itu ada dua. Birahi seksual dan birahi kuasa. Masing-masing memiliki musim. Musim kawin dan musim pemilihan pemimpin.
Kedua birahi ini sering dianggap kotor, menjijikkan, dan tabu.
Karena itu harus disucikan atas nama cinta melalui rezim perkawinan dan rezim pemilihan pemimpin.
Lantaran telah tersucikan, maka pemilik birahi diserahkan tanggung jawab.
Seorang suami bertanggung menafkahi anak isterinya, begitupun dengan seorang pemimpin di Daerah harus bertanggung jawab atas keadilan sosial dan kesejahteraan rakyatnya.
Atas nama cinta pada rakyat, seseorang yang sudah muntuk-muntuk birahi kuasanya, (walaupun ia sadar takkan mampu bertanggung-jawab), pada musim Pilkada ia mengumbar banyak janji cinta pada rakat. Supaya birahi kuasanya bisa terwujud.
Sayangnya, setelah ia terpilih dan birahi kuasanya terwujud, ternyata ... birahi kuasa itu nikmat yang dirasakannya tiada tara melebihi birahi seksualnya selama ini.
Contohnya, banyak kasus di daerah pasca Pilkada, kenyataannya selalu begitu.
Kenikmatan birahi kuasa yang didapatkannya membuat ia lalai dari tanggung jawab kepada rakyatnya. Birahi kuasa yang telah tersucikan ia abaikan demi memburu kenikmatan birahi kuasa abadi.