Mohon tunggu...
Saiful Rahman
Saiful Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Tinggal di Kabupaten Bondowosi, Jember dan Banyuwangi Jawa Timut

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pasca Pilkada: Birahi Kuasa lebih Nikmat dari Birahi Seksual

26 Agustus 2021   09:16 Diperbarui: 26 Agustus 2021   09:24 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jenis birahi pada manusia itu ada dua. Birahi seksual dan birahi kuasa. Masing-masing memiliki musim. Musim kawin dan musim pemilihan pemimpin.

Kedua birahi ini sering dianggap kotor, menjijikkan, dan tabu.

Karena itu harus disucikan atas nama cinta melalui rezim perkawinan dan rezim pemilihan pemimpin.

Lantaran telah tersucikan, maka pemilik birahi diserahkan tanggung jawab.

Seorang suami bertanggung menafkahi anak isterinya, begitupun dengan seorang pemimpin di Daerah harus bertanggung jawab atas keadilan sosial dan kesejahteraan rakyatnya.

Atas nama cinta pada rakyat, seseorang yang sudah muntuk-muntuk birahi kuasanya, (walaupun ia sadar takkan mampu bertanggung-jawab), pada musim Pilkada ia mengumbar banyak janji cinta pada rakat. Supaya birahi kuasanya bisa terwujud.

Sayangnya, setelah ia terpilih dan birahi kuasanya terwujud, ternyata ... birahi kuasa itu nikmat yang dirasakannya tiada tara melebihi birahi seksualnya selama ini.

Contohnya, banyak kasus di daerah pasca Pilkada, kenyataannya selalu begitu.

Kenikmatan birahi kuasa yang didapatkannya membuat ia lalai dari tanggung jawab kepada rakyatnya. Birahi kuasa yang telah tersucikan ia abaikan demi memburu kenikmatan birahi kuasa abadi.

Akibatnya benda-benda yang berharga ratusan milyar yang sejatinya milik rakyat, ia akui sebagai miliknya dengan memasang stempel (gambar dan lain-lain) dirinya.

Keadilan dan kesejahteraan yang memang merupakan tugas dan tanggung jawabnya, ia umumkan sebagai kebaikannya.

Dalihnya, jika bukan kebaikan dari dirinya tentu rakyat tak akan bisa memilikinya. Padahal uang yang digunakan untuk pengadaan material itu berasal dari uangnya rakyat.

Kenapa ia lalai dengan tanggung jawabnya, lalai dengan tugasnya, dan suka menstempel benda-benda milik rakyat atas nama dirinya?

Pasalnya, kenikmatan birahi kuasa dalam dirinya selalu menuntut lagi dan lagi.

Dan kenikmatan yang dahsyat itu sensasinya akan hilang, bila disela itu, ia dituntut untuk fokus bertanggung jawab menyelesaikan permasalahan rakyatnya.

Maka dari itu, wajarlah, bila ia akan terus memburu nikmatnya birahi kuasa, sebab, candu yang tertimbun dalam alam bawah sadarnya menuntut dirinya untuk terus lagi-lagi dan lagi menjadi pemimpin.

Walaupun tidak abadi, hanya dibatasi sekali ini, tapi tak masalah baginya.

Walaupun harus mulutnya berbusa dengan janji, berbuih dengan klarifikasi. Terpenting birahi kuasanya di musim pemilihan pemimpin nanti tersucikan kembali. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun