"Setiap minggu aku kirimkan uang untuk orang tuaku dan anak perempuanku. Sisanya aku tabung untuk bekal usaha saya dirumah nanti."
"Mau usaha apa, kamu?"
"Aku mau buka usaha cafe yang ada nasi goreng originalnya, mas"
"Terus, apa kamu juga gak merasa bersalah pada isteri isteri pelangganmu?"
"Ya, hati nurani sebagai sesama perempuan, ada. Tapi kan saya tidak tahu, apa mereka yang kesini ini sudah punya isteri atau belum. Yang penting saat berhubungan, aman dari penyakit HIV. Makanya, saya selalu sediakan Kondom. Dan satu lagi saya gak mau kalau diajak "gendakan"
"Tarifnya kamu, emang berapa sih sekali main?"
"Kalau umumnya 150 ribu, mas. Tetapi gak harus segitu. Bila tak cukup uangnya dia, asalkan buat sewa kamar cukup, saya tak pernah marah"
"Kenapa begitu?"
"Saya beranggapan, tuhan telah mengatur rezeki masing masing orang. Dan saya beranggapan, biarlah, gak apa apa, asalkan dia tidak berselingkuh dengan tetangganya, atau tidak melakukan perkosaan."
Danis Kenthok lantas tertunduk, mendengar kisah kisah mulia Rosa ketika menghadapi para tamu yang tidak cukup uangnya. Dan kelak ia juga ingin berangkat Haji ke Mekkah.
"Kok Mas Danis tanya soal tarif? Mas Danis emang punya uang? Gak punya, juga gak papa, kok! Asalkan Rosa diajari bikin akun facebook, untuk mas Danis Gratis deh."