Aku hanya mengiyakan.
****
"Kenapa sih Rin, temen-temen kok setiap kali rebut sama kamu the selalu bilang kamu anak banci,apakamu nggaksakit hati" tanya Fatimah, disela-selajam istirahat
Aku hanya menaikan halis,kufikir pertanyaan Fatimah yang teraneh. Tidak biasanya iasampai membahas halini
"Biarin aja,nanti juga capek sendiri. Orang yang bisanya suka ngehina, belum tentu dia lebih baik daripada orag yang dihina"
"Tapikan aku dengernya risih juga,Ni.bagaimana kalau semua teman-teman yang lain padaikut-ikutan. Kan nanti juga kamu yang malu. Ih,masa kamu the mau dibilang anak banci"
Otaku berputar, benar juga apa yang dikatakan Fatimah.
Malam harinya, aku sengaja mengikuti setiap gerak-gerik Ayah. Aku merasa ingin sedikit tahu tentang Ayah. Aku mau buktikan, atas dasar apa banyak orang bilang Ayah banci. Dan kenapa dikampung tempat tinggalkupun banyak yang suka berbisik-bisik perihal tentang Ayah. Jelas Aku merasa tidak suka sekali.
"Ayah, ayah male mini kerja?" tanyaku, aku duduk disampingnya
"Lah setiap malam juga Ayah kerja, Nak"
"Ayah kerja apa sih,kok nggak ada liburnya? Apa Ayah nggak capek?" tanyaku heran