Mohon tunggu...
Saiful Falah
Saiful Falah Mohon Tunggu... -

Mencari berkah di pesantren

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyoal Negara Islam

15 November 2014   16:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:45 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh karena itu ISIS harus ditentang. Tidak ada sejengkal harapan pun bagi ISIS untuk eksis di Indonesia. Negri ini adalah negri damai. Rakyatnya terkenal sopan dan santun terhadap sesama. Asaa Negara adalah Pancasila. Negara Islam tidak boleh dikembangkan di Nusantara. Cukup sudah pemberotakan yang dilakukan oleh Karto Suwiryo. Darul Islam harus menjadi sejarah masa lalu di sini.

Kelompok mana yang benar atau setidaknya lebih baik pendapatnya?

Mari kita ulas sejarah. Kembali meninjau masa lalu untuk membuka tabir misteri yang bisa jadi merupakan bagian dari solusi. Istilah Daulah Islamiyah atau Negara Islam secara spesifik tidak pernah ada dalam Al-Qur’an atau sunnah. Untuk merujuk kepada kepemimpinan di dunia, Al-Qur’an menggunakan istilah khalifah. Manusia diciptakan untuk menjadi pengelola bumi (QS. Al-Baqarah: 30). Meskipun mendapat penolakan dari malaikat yang notabene pelayan Allah yang paling setia, manusia tetap diciptakan. Allah memiliki sebuah rahasia yang hanya diketahui olehNya.

Sebagai seorang khalifah di muka bumi manusia diberi ilmu. Fungsi ilmu untuk menjadi alat mengenal Tuhan Yang Menciptakan dan juga memanfaatkan segala ciptaan untuk kemaslahatan sesuai dengan petunjuk Tuhan. Manusia yang berilmu akan mengakui bahwa tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah (QS. Ali Imran: 18). Manusia yang berilmu akan diangkat derajatnya (QS. Al-Mujaadilah: 11)

Sebagai makhluk yang diberi wewenang oleh Sang Pencipta untuk menjadi khalifah di muka bumi, manusia dikarunia sebuah pedoman. Allah mengutus para Rasul sebagai pembawa risalah ilahiyah. Dari lisan Rasul-Rasul tersebut keluar berbagai hikmah. Dan hikmah yang menjadi hukum pijakan bagi umat manusia adalah wahyu yang kemudian disebut sebagai kitab. Kitabullah adalah guideline kehidupan manusia. Sebagai makhluk yang diciptakan manusia tidak banyak mengetahui rahasia dirinya, lingkungannya dan juga penciptanya. Untuk itu manusia harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Tuhannya.

Kemaslahatan hidup bagi manusia akan terjadi ketika mereka mengikuti petunjuk. Ketika manusia mengingkari petunjuk maka kerusakan yang akan terjadi. Bahkan mengambil sebagian hukum dan mengingkari sebagian hanya akan mendatangkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan siksa di akhirat (QS. Al-Baqarah: 85). Oleh karena itu, manusia diharuskan mengikuti hukum yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Manusia tidak boleh menentukan hukum atas kehendak sendiri (QS. Al-Maaidah: 49).

Apabila manusia mengingkari hukum Allah yang telah termaktub dalam kitabNya dan disampaikan melalui lisan nabiNya, manusia dicap sebagai pembangkang atau kafir dalam bahasa agama.

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” [QS. Al-Maaidah: 44].

Di ayat lain Allah memberi cap yang lebih ringan bagi yang tidak mengikuti hukum Allah sebagai orang dhalim.

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun