Mohon tunggu...
saiful bakri
saiful bakri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

penyair, guru seni budaya di kota mojokerto.e-mail:ipulmojokerto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Penulisan Puisi

25 Desember 2014   04:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desember beberapa tahun lalu
Air bah bercampur Lumpur
Datang dengan tiba-tiba
Dari atas bukit
Batu-batu menggelinding
Menimbun kolam
Padusan banyu panas
Airnya menjadi coklat
Gelak tawa anak-anak dan orang dewasa
Berubah menjadi tangisan
Bencana itu datang
Karena hutanku telah habis ditebang
Oleh orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri
Tuan lindungilah hutan kami
Tuan jangan kau rusak bukit kami
Tuan jangan biarkan tuhan murka untuk yang kedua kali

4.Menulis puisi dalam buku harian
Dengan buku harian kita akan merekam peristiwa-peristiwa yang terjadi

Dari waktu ke waktu
Dari hari ke hari
Dari bulan ke bulan
Dan dari tahun ke tahun
Secara berurutan.

Dari buku harian yang kita tulis kita akan belajar jujur pada diri sendiri, tidak dibuat-buat semua berjalan apa adanya. Apa yang kita lihat dan kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari semua kita tulis dengan wajar dan seutuhnya adalah pengalaman kita sendiri mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari, 24 jam kita bermain dengan peristiwa yang terjadi. Yakinlah bahwa semua peristiwa apapaun bentuknya pasti ada hikmahnya.Buku harian sangat kecil dan sederhana tetapi begitu besar manfaatnya untuk mencurahkan segala isi hati kita
dengan puisi.Kenapa dengan puisi? Karena dengan puisi pengalaman yang kita curahkan akan terasa lebih mendalam, perasaan kita akan lebih halus dan peka terhadap sesuatu di sekitar kita. Dengan buku harian
tekanan-tekanan yang ada di hati kita kita lepaskan seperti air yang mengalir deras. Air yang meghanyutkan sampah-sampah, menggelindingkan batu-batu dan jangan biarkan air tersumbat, begitu juga dengan perasaan dan hati kita.

Dalam buku harian kita tulis semua hal-hal pribadi yang menyesakkan dada kita.
Contoh:

Ibu
Ibu,
Hatimu lembut
Bagai sutera bidadari
Mengelus dan memanjakan aku
Bila dingin malam mulai datang
Kau dekap aku
Kau cium aku
Penuh rasa hangat menyelimutiku
Ibu, maafkan aku
Yang kadang tak menurut padamu
Kau akan menjadi pelita
Selamanya dalam hidupku

Semoga dengan pengalaman batin dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta ini kita tidak hanya mampu merasakan saja tapi keberanian kita untuk menerjemahkan pikiran-pikiran, menerjemahkan sedih kita, menerjemahkan kegembiraan kita dan menerjemahkan kegelisahan kita, lebih-lebih menerjemahkan hati nurani kita atas semua anugerah yang terhampar di depan mata kita dengan jujur, apa adanya dan sepenuh hati lewat puisi dimana saja dan kapan saja sebab dengan puisi kita akan belajar bersama-sama menjadi orang yang arif dan bijaksana, berhati lembut penuh perasaan dan belajar menghagai sesama manusia dengan kasih sayang serta mensyukuri segala nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita semua.

Selamat menulis puisi.

Terima kasih.

Kampung Jagalan, 2 Maret 2010

*Disampaikan dalam Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi
Siswa SD se-Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto di SMPN 3 Pacet.
Diselenggarakan oleh Balai Bahasa Surabaya pada tanggal 10-11 Maret
2010.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun