Memadukan kedua pendekatan ini juga memungkinkan kepala sekolah untuk lebih fleksibel dalam menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Misalnya, saat guru atau staf mengalami motivasi yang rendah atau ada konflik di antara mereka, pendekatan transformasional dapat membantu menciptakan suasana kerja yang lebih harmonis dan mendorong kolaborasi. Sementara itu, pendekatan transaksional dapat digunakan untuk menegakkan disiplin jika ada ketidakpatuhan terhadap peraturan.
Kesimpulannya, kepemimpinan yang efektif dalam pendidikan tidak hanya tentang menjadi inspirator atau manajer yang baik, tetapi juga tentang kemampuan untuk menyeimbangkan dua gaya kepemimpinan---transformasional dan transaksional. Dengan memadukan keduanya, kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang inovatif dan produktif, sekaligus menjaga struktur dan stabilitas yang diperlukan untuk kelancaran operasional sekolah.
Di era yang semakin kompleks ini, kepala sekolah dituntut untuk terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Memadukan kepemimpinan transformasional dan transaksional bukan hanya langkah cerdas, tetapi juga solusi yang dibutuhkan untuk membawa sekolah ke tingkat yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H