Mohon tunggu...
Saiful Anwar
Saiful Anwar Mohon Tunggu... -

simple aja lah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kata Musisi Tentang Cinta

23 April 2011   15:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:29 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Ketika Cinta” by Siti Nurhaliza

Ada tiada rasa dalam jiwa

rindu akan memanggilmu

karna setiap jiwa t’lah bersumpah

setia hanyalah kepada-Mu

bila cinta ada di dalam jiwa

wangi bunga dunia tanpa nestapa

segala yang dirasa hanyalah Dia

hati kan memuja hanya pada-Nya

ketika cinta memanggil

gemetar tubuhku

ketika cinta memanggil

hangatnya nafasku

ketika cinta memanggil

menderu sang rindu

ketika cinta memanggil

rindu… rindu… rindu qalbu

memanggil-manggil nama-Mu

seperti terbang di langit-Mu

tenggelam di lautan cinta-Mu

bertabur qalbu yang rindu

melebur menjadi satu

bagai menari diiringi pelangi

ketika cinta memanggil

Subhanallah, lagu yang dibawakan oleh Siti Nurhaliza ini memiliki muatan yang sangat indah, hampir semua liriknya merupakan serapan dari firman Allah dan nilai-nilai cinta dalam Islam, yang tentu saja sesuai dengan syari’at-Nya.

Salah satu contohnya yaitu, “Karna setiap jiwa t’lah bersumpah, setia hanyalah kepada-Mu.” Lirik ini sesuai dengan firman Allah di surat Al A’raaf ayat 172, “…dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.””

Pada ayat tersebut, secara langsung Allah mengikrarkan janji setia kepada Allah, bahwa manusia harus tunduk pada syari’at Allah dan menjalankannya dalam setiap aktifitas dunianya. Karena itulah lirik selanjutnya berbunyi, “Segala yang dirasa hanyalah Dia, hati kan memuja hanya pada-Nya.”

Begitu pula pada lirik “Ketika cinta memanggil, gemetar tubuhku.” Ini senada dengan firman Allah dalam surat Al Anfaal ayat 2, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hatinya…”

“Jalan Cinta” by Sherina

Semua resah hati manusiamu

untuk membagi kisah atas nama cinta

derai airmata di setiap sujudmu

seperti tak pernah cukup untuk menjagaku

jangan butakan hati menjadi

cinta yang semu

oo… cinta yang semu

Poin penting pada lagu ini adalah, betapa pentingnya kita untuk senantiasa memohon pertolongan Allah, agar Allah senantiasa menjaga hati kita agar terhindar dari cinta semu, cinta kepada sesuatu yang tidak patut dicinta, yang hanya akan mendatangkan ketidak-baikan bagi kita, baik sadar maupun tidak. Karena itulah Rasulullah saw. menganjurkan kita untuk senatiasa membaca doa peneguh hati, ‘Ya muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘ala diinika’, wahai dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agamamu. Ya, doa yang dibaca setiap duduk tasyahud akhir sebelum salam itu sangat bermanfaat bagi kita.

“Takdir Cinta” by Rossa

Ku tutup mataku

dari semua pandanganku

bila melihat matamu

ku yakin ada cinta

ketulusan hati yang mengalir lembut

penguasa alam tolonglah pegangi aku

biar ku tak jatuh pada sumur dosa

yang terkutuk dan menyesatkan cintaku

Lain lagi dengan Rossa, pada lagu yang berjudul ‘Takdir Cinta’ ini, poin penting yang disampaikan adalah, cinta merupakan pertanda ketulusan hati, ketulusan untuk menyambung hubungan yang sesuai fitrah, yang jauh dari nafsu sesaat yang senantiasa dihembuskan oleh setan kepada setiap orang, setiap saat.

Pada awal lirik disebutkan ‘Ku tutup mataku dari semua pandanganku’, hal ini senada dengan firman Allah swt. dalam surat An Nuur ayat 30-31, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat…”

Ya, menjaga pandangan menjadi sangat penting, karena dari mata lah penilaian pertama dimulai (kecuali sebagian kecil orang yang lebih senang menilai inner-beauty/ inner-handsome, ‘baca: keimanannya’), karena itu pula lah muncul pepatah yang mengatakan, “Dari mata turun ke hati.”

“Kasih Kekasih” by In-Team

Tak perlu aku ragui

sucinya cinta yang kau beri

kita saling kasih mengasihi

dengan setulus hati

ayah ibu merestui

menyarung cincin di jari

dengan rahmat dari ilahi

cinta kita pun bersemi

sebelum diijab qabulkan

syariat tetap membataskan

pelajari ilmu rumah tangga

agar kita lebih bersedia

menuju hari yang bahgia

kau tahu ku merinduimu

ku tahu kau mencitaiku oh kasih

bersabarlah sayang

saat indah kan menjelma jua

kita akan disatukan

dengan ikatan pernikahan oh kasih

di sana kita bina

tugu cinta mahligai bahgia

semoga cinta kita

di dalam ridha Ilahi

berdoalah selalu

moga jodoh berpanjangan

Ini lagu terakhir kita, asalnya dari Malaysia, hehe… jangan sensi, ya… sabar… sabar…, biar pemerintah yang bertindak. Yang jelas saya tidak akan mengklaim lagu ini berasal dari Indonesia. Padahal lagu pertama juga dari Malaysia, ya… tapi enakan di akhir saja membuat sensasinya. Hidup Indonesia!!!

Oke, kembali ke niat awal. Kalau lagu ini, sudah lebih jauh nih. Pada salah satu liriknya, disebutkan bahwa, restu orangtua dan saling cinta tidak cukup untuk melegalkan cinta, bermesra-mesraan, atau lainnya, tapi tetap harus lewat jalur resmi, NIKAH!!

Gini kata liriknya, “Sebelum diijab qabulkan, syari’at tetap membataskan.”

Oke, deh… kayaknya cukup dulu, ya…, sebagai penutupnya, mari kita renungkan ayat berikut, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jatsiyah: 23)

Nah.., serem, kan?? Kalau nasihat yang diberikan kepada kita sudah nggak mempan lagi dan nggak ngefek buat hati kita, jangan-jangan yang dimaksud oleh Allah pada ayat di atas adalah kita. Na’uudzu billah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun