“Ketika Cinta” by Siti Nurhaliza
Ada tiada rasa dalam jiwa
rindu akan memanggilmu
karna setiap jiwa t’lah bersumpah
setia hanyalah kepada-Mu
bila cinta ada di dalam jiwa
wangi bunga dunia tanpa nestapa
segala yang dirasa hanyalah Dia
hati kan memuja hanya pada-Nya
ketika cinta memanggil
gemetar tubuhku
ketika cinta memanggil
hangatnya nafasku
ketika cinta memanggil
menderu sang rindu
ketika cinta memanggil
rindu… rindu… rindu qalbu
memanggil-manggil nama-Mu
seperti terbang di langit-Mu
tenggelam di lautan cinta-Mu
bertabur qalbu yang rindu
melebur menjadi satu
bagai menari diiringi pelangi
ketika cinta memanggil
Subhanallah, lagu yang dibawakan oleh Siti Nurhaliza ini memiliki muatan yang sangat indah, hampir semua liriknya merupakan serapan dari firman Allah dan nilai-nilai cinta dalam Islam, yang tentu saja sesuai dengan syari’at-Nya.
Salah satu contohnya yaitu, “Karna setiap jiwa t’lah bersumpah, setia hanyalah kepada-Mu.” Lirik ini sesuai dengan firman Allah di surat Al A’raaf ayat 172, “…dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.””
Pada ayat tersebut, secara langsung Allah mengikrarkan janji setia kepada Allah, bahwa manusia harus tunduk pada syari’at Allah dan menjalankannya dalam setiap aktifitas dunianya. Karena itulah lirik selanjutnya berbunyi, “Segala yang dirasa hanyalah Dia, hati kan memuja hanya pada-Nya.”
Begitu pula pada lirik “Ketika cinta memanggil, gemetar tubuhku.” Ini senada dengan firman Allah dalam surat Al Anfaal ayat 2, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hatinya…”
“Jalan Cinta” by Sherina
Semua resah hati manusiamu
untuk membagi kisah atas nama cinta
derai airmata di setiap sujudmu
seperti tak pernah cukup untuk menjagaku
jangan butakan hati menjadi
cinta yang semu
oo… cinta yang semu
Poin penting pada lagu ini adalah, betapa pentingnya kita untuk senantiasa memohon pertolongan Allah, agar Allah senantiasa menjaga hati kita agar terhindar dari cinta semu, cinta kepada sesuatu yang tidak patut dicinta, yang hanya akan mendatangkan ketidak-baikan bagi kita, baik sadar maupun tidak. Karena itulah Rasulullah saw. menganjurkan kita untuk senatiasa membaca doa peneguh hati, ‘Ya muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘ala diinika’, wahai dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agamamu. Ya, doa yang dibaca setiap duduk tasyahud akhir sebelum salam itu sangat bermanfaat bagi kita.
“Takdir Cinta” by Rossa
Ku tutup mataku
dari semua pandanganku
bila melihat matamu
ku yakin ada cinta
ketulusan hati yang mengalir lembut
penguasa alam tolonglah pegangi aku
biar ku tak jatuh pada sumur dosa
yang terkutuk dan menyesatkan cintaku
Lain lagi dengan Rossa, pada lagu yang berjudul ‘Takdir Cinta’ ini, poin penting yang disampaikan adalah, cinta merupakan pertanda ketulusan hati, ketulusan untuk menyambung hubungan yang sesuai fitrah, yang jauh dari nafsu sesaat yang senantiasa dihembuskan oleh setan kepada setiap orang, setiap saat.
Pada awal lirik disebutkan ‘Ku tutup mataku dari semua pandanganku’, hal ini senada dengan firman Allah swt. dalam surat An Nuur ayat 30-31, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat…”
Ya, menjaga pandangan menjadi sangat penting, karena dari mata lah penilaian pertama dimulai (kecuali sebagian kecil orang yang lebih senang menilai inner-beauty/ inner-handsome, ‘baca: keimanannya’), karena itu pula lah muncul pepatah yang mengatakan, “Dari mata turun ke hati.”
“Kasih Kekasih” by In-Team
Tak perlu aku ragui
sucinya cinta yang kau beri
kita saling kasih mengasihi
dengan setulus hati
ayah ibu merestui
menyarung cincin di jari
dengan rahmat dari ilahi
cinta kita pun bersemi
sebelum diijab qabulkan
syariat tetap membataskan
pelajari ilmu rumah tangga
agar kita lebih bersedia
menuju hari yang bahgia
kau tahu ku merinduimu
ku tahu kau mencitaiku oh kasih
bersabarlah sayang
saat indah kan menjelma jua
kita akan disatukan
dengan ikatan pernikahan oh kasih
di sana kita bina
tugu cinta mahligai bahgia
semoga cinta kita
di dalam ridha Ilahi
berdoalah selalu
moga jodoh berpanjangan
Ini lagu terakhir kita, asalnya dari Malaysia, hehe… jangan sensi, ya… sabar… sabar…, biar pemerintah yang bertindak. Yang jelas saya tidak akan mengklaim lagu ini berasal dari Indonesia. Padahal lagu pertama juga dari Malaysia, ya… tapi enakan di akhir saja membuat sensasinya. Hidup Indonesia!!!
Oke, kembali ke niat awal. Kalau lagu ini, sudah lebih jauh nih. Pada salah satu liriknya, disebutkan bahwa, restu orangtua dan saling cinta tidak cukup untuk melegalkan cinta, bermesra-mesraan, atau lainnya, tapi tetap harus lewat jalur resmi, NIKAH!!
Gini kata liriknya, “Sebelum diijab qabulkan, syari’at tetap membataskan.”
Oke, deh… kayaknya cukup dulu, ya…, sebagai penutupnya, mari kita renungkan ayat berikut, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jatsiyah: 23)
Nah.., serem, kan?? Kalau nasihat yang diberikan kepada kita sudah nggak mempan lagi dan nggak ngefek buat hati kita, jangan-jangan yang dimaksud oleh Allah pada ayat di atas adalah kita. Na’uudzu billah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H