Mohon tunggu...
Saiful Amri
Saiful Amri Mohon Tunggu... Editor - Penilik PAUD Disdikbud Kab. Kuningan, Ketua Pegiat Literasi Kab. Kuningan

Biasa dipanggil Mr. Sam. Penerima Penghargaan Jambore GTK Hebat Juara 2 Penilik Inovatif Prov. Jawa Barat Tahun 2024. Senang menulis genre apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Anda Toxic? Ini Solusinya

28 Januari 2025   11:20 Diperbarui: 28 Januari 2025   15:03 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Di Kampus (Sumber: Meta AI)

APAKAH ANDA TOXIC? INI SOLUSINYA

Penulis: Saiful Amri

Assalamualaikum wrwb

Yth Pak Dudu

Saya Hero Putra Jaya

Mahasiswa Fak. Hukum

Semester 3

Saya mendapat info tadi malam sekitar pukul 23 WIB dari ketua kelas dan saya baru baca pagi ini pukul 3 WIB bahwa saya belum mengirimkan tugas kelompok 10.

Baca juga: Pentingnya Menulis

Sebenarnya saya sudah membuat tugas kelompok 10 bersama; Rina, Selvi, dan Tasya.

Mohon arahannya, Pak.

Wassalamualaikum wrwb

Pesan tersebut pun diterima oleh dosen yang baik hati dan mau mendengar keluhan mahasiswanya. Setelah ditelusuri ternyata; (1) pesan yang diberikan oleh ketua kelas sebenarnya sudah seminggu yang lalu diberikan oleh dosen tersebut dan hari itu adalah tenggat waktu tetapi ketua kelas baru memberikannya saat deadline; dan (2) kelompok 10 yang terdiri dari empat orang (Rina, Selvi, Tasya, dan Hero) sebenarnya sudah ada tetapi tidak dikirimkan karena ketua kelompok, Rina membuat tugas dengan versi berbeda yang hanya terdiri dari tiga orang tanpa melibatkan Hero.

Kasus di atas adalah salah satu contoh fenomena yang terjadi di dunia kampus. Bisa jadi kasus tersebut adalah kasus kecil tetapi itu akan berakibat pada menurunnya prestasi akademik. Langkah yang dilakukan oleh korban dengan mengirimkan chat WA kepada dosen pengampu mata kuliahnya merupakan tindakan yang tepat.

Jika kita analisa terdapat dua pelaku utama yang merugikan mahasiswa lain, yaitu ketua kelas dan ketua kelompok. Anggota kelompok juga menjadi pelaku pendukung yang merugikan mahasiswa lain. Namun ketua menjadi pelaku yang bertanggung jawab atas peristiwa ini. Timbul pertanyaan; ”Apakah mereka termasuk mahasiswa toxic?” Baiklah kita akan bahas tentang hal ini.

Apa itu Toxic?

Toxic adalah isilah untuk seseorang yang memiliki sifat “beracun” atau pribadi yang suka menyusahkan bahkan merugikan orang lain, baik secara fisik maupun emosional (politekniktempo.ac.id). Sifat jelek yang dilakukan oleh seseorang sehingga merugikan orang lain. Pelaku toxic melakukan perbuatan tersebut karena faktor kecemburuan atau rasa iri kepada korban.

Perilaku toxic dapat muncul di mana saja, seperti lingkungan sekolah, kampus, pekerjaan, komuintas, maupun masyarakat. Sifat iri dengki menjadi faktor penyebab orang melakukan toxic. Sifat merasa paling benar juga menjadikan diri seseorang memiliki sifat toxic. Hal ini berbeda dengan sifat menegakkan keberan tetapi ini adalah sifat yang tidak mengakui adanya kekurangtan pada dirinya, sehingga ia sembunyikan dan tunjukan dengan tujuan merugikan orang lain.

Bagaimana Solusi Terhindar dari Toxic?

1. Introspeksi Diri

Introspeksi diri sangat penting. Manusia tidaklah sempurna. Mulailah dari diri sendiri atas segala kekurangan diri sehingga kita tidak merasa paling benar. Kita boleh saja menunjukkan kebenaran tetapi tidak merasa paling benar. Jika kita introspeksi maka kita sadar bahwa kita juga masih belumlah sempurna sehingga membutuhkan orang lain agar saling melengkapi.

2. Menghargai Orang Lain

Jadikan orang lain manusia berharga. Setiap orang memiliki kelebihan. Hargai kelebihannya, jangan tonjolkan kekurangannya. Dengan demikian kita akan melihat sisi keunggulan orang lain. Sekecil apa pun seseorang memiliki sisi berbeda yang menjadi keunggulan dirinya. Keunggulan itu perlu kita hargai agar kita menjadi pribadi yang baik bukan toxic yang meremehkan orang lain.

3. Berempati

Berempatilah pada orang lain. Sifat empati adalah sifat baik yang harus dilakukan. Niatkan diri untuk berempati karena keikhlasan. Pahami kondisi orang lain, jangan menyudutkannya. Kita pasti tidak akan mampu memahami semua kondisi oarng lain, untuk itu dengarkan dia tentang apa dan bagaimana sehingga kita dapat mengetahui sebab dan akibat dari sebuah perilaku. Sifat empati ini akan menjadikan diri kita orang yang adil dan bijaksana serta peduli pada kondisi orang lain. Dengan demikian kita dapat memberi solusi apa yang terbaik.

4. Menerima Pendapat

Belajarlah mendengar dan menerima pendapat orang. Apa yang diungkapkan seseorang perlu kita dengar dan terima. Semua keputusan adalah yang terbaik bukan karena ingin menang. Jadikan semua pendapat adalah saran untuk mencari solusi terbaik bukan saling menjatuhkan. Dengan kesepakatan bersama maka kita akan memiliki kebersamaan.

5. Ciptakan Suasana Positif

Ciptakan suasana positif di mana pun. Suasana positif akan menciptakan kenyamanan pada diri sendiri dan orang lain. Sikap positif akan menciptakan suasana positif. Mulai dari perilaku santun dan tutur kata sopan. Berhati-hati bertutur kata dan bertindak agar tidak menyinggung orang lain sehingga menimbulkan kegaduhan dan ketidaknyamanan.

Semoga kita selalu menebar kebaikan bukan sebaliknya. Berbuat baik mulai dari diri, keluarga, masyarakat terdekat, dan lingkungan kerja/kuliah/sekolah. Suasana yang nyaman dan harmonis menjadi dambaan bersama. (Sam).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun