"Alif, zaman sudah canggih seperti sekarang, mengapa masih percaya pada hal-hal seperti itu? Aku benar-benar heran dengan masyarakat kita. Ketakutan pada sesuatu yang tidak masuk akal seharusnya tidak perlu dipelihara..."
"Mungkin saja Ben. Tapi siapa tahu, ada yang memang benar-benar mengalaminya! Banyak cerita dari orang-orang yang bilang begitu kok"
"Apa yang ngalamin bisa membuktikan secara akal atau secara ilmiah? Yang ada, cerita-cerita mustahil itu hanya dibesar-besarkan di media sosial atau media daring sekarang. Aku juga heran, bahkan ada media daring yang memiliki rubrik khusus berjudul 'Malam Jumat'. Penulisnya yang berhasil dimuat akan mendapatkan uang. Sungguh menggelikan," kata saya dengan tegas agar Alif tidak ikut-ikutan percaya pada cerita-cerita tak masuk akal.
Motor terus melaju, dan kami mulai memasuki komplek pemakaman. Tidak biasanya, kali ini tercium aroma bunga melati dan mawar seperti saat berkunjung ke rumah duka. Saya merasakan Alif mendekat dan menempel di belakang saya. "Mungkin ada yang baru dimakamkan, jadi wajar ada aroma bunga. Ga usah takut Lif," kata saya untuk menenangkan teman saya.
"Iya Ben, dingin rasanya. Aku tidak pakai jaket," jawab Alif dari belakang.
Suasana jalan itu memang sepi, jarang sekali berpapasan dengan kendaraan lain, baik motor atau mobil. Saya sedikit heran saat motor sudah melewati setengan jalan di komplek pemakaman itu, aroma bunga itu masih tercium dan bahkan lebih kuat. Terdengar Alif bersenandung sebuah lagu tapi tidak begitu jelas, mungkin dia mengusir rasa takutnya. "Ben, aga buruan kenapa? lo kayanya menikmatin bener lewat jalan ginian," kata Alif.
"Liiif.. Lif, lo penakut juga ya ternyata," kata saya sambil menambah lagi kecepatan motor. Aroma bunga itu terus tercium seperti tepat di hidung saya. Saya hanya berpikir, mungkin yang dimakamkan hari ini tidak hanya satu.
Setelah kira-kira 100 meter selepas dari pemakaman dan aroma itu berangsur hilang, Alif minta berhenti, "Stop Bro, tuh di depan ruko yang terang yang banyak mobil parkir," katanya.
Saya berhenti tepat di sebuah ruko yang lampunya masih menyala dan pintunya terbuka. Tampak juga beberapa orang di dalam dan di luar. "Di sini Lif?," kata saya.
Alif turun dari boncengan, "Bro, aku mau minta tolong satu lagi boleh?" kata Alif berdiri di dekat saya di samping motor.
"Tolong apaan Lif?"