Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ken Angrok - 15

3 Agustus 2023   07:13 Diperbarui: 4 Agustus 2023   10:26 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Bapak

Ken Angrok sampai di rumah saat hari mulai redup menuju malam. Saat dia hendak mandi, tiba-tiba Bango Samparan, ayah Ken Angrok, memanggil, "Ang Rock..., sini dulu le (nak)!"

"Nggih Pak," Ang Rock berjalan ke ruang tengah mendekati Ayahnya. Dia lihat ayahnya sedang 'fly', hal yang sudah sangat biasa ditemui Ken Angrok.

"Duduk sini, bapak mau cerita sesuatu, cerita ini mungkin kelak akan berguna untukmu..."

Dari sejak kecil, Ken Angrok sering mendengar dongeng dari Ayahnya. Dia nyaris tidak pernah mendapat bentakan jika ayahnya marah, tapi dinasihati dengan dongengan. Ken Angrok pun sering mendapat ide saat merencanakan sesuatu dari dongeng-dongeng yang dia dengar itu.

"Kali ini, Bapak mau cerita tentang sebuah pengorbanan. Begini ceritanya...,"

---

Di tepi gunung Kawi, di desa Pugeran, terdapatlah sepasang suami-istri yang saling kasih-mengasihi. Dewi Ratri, sang istri selalu setia membawakan bekal makanan kepada Kawindra, suaminya yang setiap harinya mengerjakan sawah di daerah Aruga. Suami-istri tersebut walaupun bukan dari golongan kaya, namun mereka berdua hidup berkecukupan. Kawindra adalah pria gagah perkasa, sedangkan Dewi Ratri adalah wanita cantik jelita yang pernah menawan hati banyak pria, bahkan dewata.

Syahdan, pada suatu hari Batara Cakra turun ke bumi dan menyaksikan kecantikan Dewi Ratri. Sang Batara menghampiri Dewi Ratri yang saat itu sedang dalam perjalanan mengantar bekal makanan untuk suaminya yang bekerja di sawah Aruga. Pertemuan keduanya terjadi di ladang Lalateng. Dewi Ratri takjub melihat kebesaran Batara Cakra dengan cahaya berkilauan di tubuh dan parasnya. Sang Batara berkata padanya, "Dewi Ratri, aku menitipkan jabang bayi di rahimmu. Kelak kelahiran mulia anak yang kaukandung ini akan menjadi penguasa tanah Jawa. Setelah pertemuan ini janganlah kau tidur dengan Kawindra, suamimu, karena ia bisa tewas jika engkau melanggar ketentuan ini,".

Berbeda dengan Dewi Kunti yang mengucapkan mantra untuk mendatangkan para dewa dan menitipkan benih di rahimnya, Batara Cakra sendiri yang hadir langsung di hadapan Dewi Ratri. Setelah kejadian itu ia takjub namun juga bingung. Dapatkah Kawindra menerima peristiwa ini dengan lapang dada?

Dewi Ratri berjalan dengan raut wajah yang diliputi keresahan. Suaminya melihat istrinya itu dari kejauhan dan segera menyapanya,
"Adinda, kiranya ada yang berbeda dari parasmu. Hal apa yang sedang engkau risaukan?," tanya suaminya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun