Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ken Angrok - 13

31 Juli 2023   08:31 Diperbarui: 3 Agustus 2023   07:16 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ndak Bulik, ndak butuh apa-apa, lagi mau main ke sini aja. Iya aku mandi terus tak tidur-tiduran dulu sambil munggu Bulik. Aku sudah bilang Ibu kok kalo langsung ke sini."

"Yo wis, Bulik pergi dulu ya, biar cepet selesai terus pulang."

"Iya Bulik."

Ken Angrok beranjak ke kamar mandi. Sejak dia sering ke rumah ini, Ken Endok sudah mempersiapkan kamar sendiri buatnya. Bahkan lengkap dengan segala isinya termasuk pakaian untuk pergi, pakaian rumah, bahkan seragam sekolah sudah ada semua. Rumah Ken Endok memang seperti rumah kedua bagi Ken Angrok. Hanya saja kalo di rumah ini, Ken Angrok jadi seperti tuan muda. Segalanya dilayani pembantu-pembantu Bulik. Kalo di rumahnya sendiri di Karuman, Ken Angrok lebih banyak mengerjakan sendiri kebutuhan-kebutuhannya karena memang tidak ada pembantu di sana.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Ken Angrok kembali duduk di sofa ruang tengah tadi. Di meja sudah sudah tersedia segelas kopi susu hangat. Pasti Bulik Ken yang suruh pembantunya menyiapkan ini, pikir Ken Ant Rock. Sayangnya, di rumah ini dia belum berani merokok, jadi kopi susu hangat itu kurang menarik perhatian untuk langsung dinikmati Ken Angrok. Dia memilih tiduran lagi. Hatinya bimbang, apakah curhat tentang pekerjaan Bapak tidak akan mempengaruhi hubungan antara orang tuanya dan Bulik Ken?

Ken Angrok ingat benar saat Bulik Ken marah besar pada Bapak dan Ibu saat mengetahui kalau dia dibiarkan minum bir saat kelas 1 SMP dulu. Bulik Ken dan kedua orang tuanya itu seperti berada pada sisi yang berbeda walaupun semuanya menyayanginya. Ken Angrok terus menimbang-nimbang baik buruknya jika dia bercerita soal Bapaknya yang ternyata kadang jual-beli narkoba dan berjudi.

Ken Angrok ingat betul, Bapak mulai mengajarkan sisi kehidupan lain ketika dia mulai memasuki bangku SMP. Waktu itu Ken Angrok mulai dilibatkan untuk memilih dan memilah paket kiriman 'daun obat' yang akan dijual lagi. Bapaknya mengajarkan cara memilih 'daun obat' yang baik, yang harganya bisa mahal dan 'daun obat' yang berkualitas kelas 2 yang harganya jauh lebih murah. Bapaknya terus mengajarkan berulang kali sehingga Ken Angrok cukup melihat sepintas saja sudah tahu kualitas dari 'daun obat' itu. Belakangan, ketika dia sudah kelas 3 dan berkat HP yang dibelikan Bulik Ken, dia tahu bahwa 'daun obat' itu adalah daun ganja! Daun yang sangat dilarang untuk diperjual-belikan. Jika ketahuan, hukuman berat akan menimpa pelakunya.

Tidak hanya 'daun obat', dia kadang juga dilibatkan untuk memasukan serbuk putih ke dalam plastik-plastik kecil setelah ditimbang dulu beratnya. Waktu itu Bapak menyebutnya 'puyer' obat flu. Dia juga baru tahu kalau ternyata itu serbuk kokain! Dulu pernah terpikir olehnya jika Bapak dan Ibunya akan buka usaha toko obat sebab sering sekali menerima kiriman obat yang cukup banyak dengan berbagai bentuk dan warna. Dia juga dilibatkan dalam mengemas per sepuluh butir untuk dimasukan ke dalam plastik kecil. Ken Angrok sekarang juga sudah tahu, semua obat-obat itu adalah obat terlarang!

Sampai saat ini pun kadang dia masih disuruh membantu jika ada kiriman barang-barang itu. Namun Bapak atau Ibunya tidak lagi menyebut bahwa itu obat Flu, Obat Mag, atau Obat Batuk. Mereka diam dan Ken Angrok tidak berani bertanya-tanya lagi. Orang tuanya juga diam saja saat Ken Angrok kadang juga mengkonsumsi obat-obatan itu. Ken Angrok sadar bahwa Bapak atau Ibunya bisa saja sewaktu-waktu ditangkap penegak hukum. Inilah yang menyebabkan dia ingin curhat pada Bulik Ken sebetulnya. Namun disisi lain, hatinya berkata bahwa jika Bulik Ken tahu hal ini pasti akan marah besar dan bisa merusak hubungan.

Tidak hanya barang-barang terlarang, Bapaknya juga mengajarkan cara bermain berbagai kartu. Hampir setiap hari Ken Angrok harus meluangkan waktu beberapa jam untuk bermain kartu. Ken Angrok mengakui jika Bapaknya adalah benar-benar pemain kartu yang hebat. Dia mengajarkan cara bermain bersih dan bermain curang. Ilmu bermain kartu itu pun juga dikuasai dengan baik oleh Ken Angrok sehingga dia hampir tidak pernah kalah jika bertaruh dengan teman-temannya atau dengan geng dari sekolah lain. Bahkan hampir menjadi kebiasaan Ken Angrok, jika uangnya sudah mulai menipis, maka dia cukup mampir ketempat-tempat perjudian gelap.

Dalam soal berjudi, Ken Angrok berbeda dengan Bapaknya. Ken Angrok dengan cerdas bisa menahan diri untuk tidak terus bermain jika sudah mendapat kemenangan. Dia juga mengukur jumlah kemenangan yang aman dan tidak terlalu merugikan Bandar sehingga dia tidak akan dimusuhi ketika ingin menyudahi permainan. Sementara itu, Bapaknya lebih sering terjebak oleh permainan Bandar walaupun dia adalah pemain yang hebat. Bapak sering pulang dengan tangan kosong alias habis semua uangnya jika bermain di tempat judi gelap. Bapaknya lebih cocok untuk bermain sendiri dengan beberapa orang yang tidak terikat oleh bandar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun