Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ken Angrok - 9

26 Juli 2023   21:47 Diperbarui: 28 Juli 2023   10:34 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayi gempal yang tampan itu seperti tertidur lelap, seolah tak peduli saat Ken Endok menciumi pipinya berulang kali saat diserahkan pada gendongan Genuk Buntu. Bahkan, ketika Ken Endok berpamitan untuk pulang, Ken Angrok tampak tetap tertidur tenang di gendongan Genuk Buntu.

"Ketika bangun nanti, engkau sudah tidak dalam pelukan ibumu Ang Rock..., Ibu sangat menyayangimu namun ibu tak sanggup melihat wajahmu. Ibu tidak ingin membencimu hanya karena engkau mewarisi wajah ayahmu," kata Ken Endok lirih menatap anaknya sambil melangkah pulang. Ken Endok berharap, seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan anaknya, sosok Bramantyo akan lenyap dari wajah Ken Angrok.

DIASUH PASANGAN KRIMINAL

Pasangan Bango Samparan dan Genuk Buntu adalah pasangan muda, menikah tidak lama setelah lulus SMA lalu merantau ke Jakarta. Tidak ada yang tahu pekerjaan mereka di Jakarta. Teman-teman dan orang-orang disekitarnya hanya tahu mereka ke Jakarta di ajak untuk membuka usaha oleh seseorang, kenalan dari saudara jauh Bango Samparan.

Ken Endok juga tidak tahu, pasangan Bango Samparan dan Genuk Buntu sebetulnya adalah pasangan yang sangat profesional di dunia hitam. Penipuan, Peredaran Narkoda, Perjudian dan Pencurian dengan kekerasan adalah bagian dari cara mereka bertahan hidup di Jakarta. Pasangan ini sangat piawai dalam aksi penipuan dan pengedaran narkoba karena dididik dengan baik oleh seorang pimpinan mafia yang merekrutnya tidak lama setelah menikah.

Mereka menjadi profesional dari pengalaman sendiri setahun setelah kelompoknya dibubarkan oleh penegak hukum di Jakarta. Penjara bagi mereka sudah seperti sebuah tempat peristirahatan sementara dari perjalanan melelahkan kehidupan di kota Metropolitan. Mereka berdua memutuskan kembali ke Kabupaten Tumapel Desa Karuman karena merasa ruang gerak mereka semakin sempit. Sudah terlalu banyak penipu beraksi di jakarta sehingga masyarakatnya banyak yang cenderung kebal dan imun dari tipu daya. Disamping itu, orang Jakarta sudah banyak yang faham hukum. Mereka pulang kampung bukan untuk beroperasi di kampung halaman, tapi mengincar kota-kota kecil di Jawa Timur sebagai sasaran operasi.

Walaupun telah malang melintang di dunia hitam dan akrab dengan kekerasan, pasangan itu sangat sayang dengan anak Ken Endok. Ken Angrok bagi mereka seperti sebuah danau yang menyejukan di tengah gurun sahara. Saking sayangnya, mereka seakan rela mati untuk memenuhi apa pun yang diminta Ken Angrok.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun