Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ken Angrok - 7

25 Juli 2023   10:34 Diperbarui: 25 Juli 2023   22:21 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nggak usah Dik, sepertinya sudah sampai umurku untuk menyusul Bapak dan Ibu..."

"Mas..., jangan bicara seperti itu, tunggu sebentar, Ibu masih minta tolong tetangga, kita ke dokter."

"Dik, aku minta maaf, aku tidak bisa jadi suami yang sempurna untukmu. Kalo aku pergi nanti, makamkan aku di tempat Bapak dan Ibu. Rumah ini dan segala yang aku miliki buatmu..., gunakan untuk merawat anakmu..."

"Maas...," Kend Endok menangis dan memeluk erat Gajah Para. "Aku yang salah Maaass...," lanjutnya.

"Satu lagi..., anakmu... beri nama anakmu Ken Angrok...," inilah kata terakhir yang didengar Ken Endok dari Gajah Para.

Ketika para tetangga datang, Gajah Para terlihat lemas dalam pelukan Ken Endok. Dia dinyatakan meninggal dunia saat dibawa ke Rumah Sakit. Dokter menyatakan bahwa Gajah Para mengalami dehidrasi akut dan tidak ada asupan makanan sama sekali dalam beberapa hari. Hati Ken Endok seperti disayat-sayat merasa bersalah, ucapan Gajah Para di akhir hidupnya membuat tangisnya nyaris tak bisa berhenti.

Selama tiga bulan setelah kejadian itu, Ken Endok lebih banyak diam dan lebih suka menyendiri. Hingga dia mencoba untuk bisa menerima takdir perjalanannya. Dia hanya ingin memenuhi keinginan Gajah Para, melahirkan anaknya dan memberi nama Ken Angrok. Setelah itu, dia hanya punya satu keinginan, yaitu menyusul Gajah Para untuk menebus segala kesalahan.

Hari-harinya menunggu kelahiran dihabiskan dengan menyibukan diri di Warung Nasi yang dia buka. Warung ini ternyata cukup laris dan mulai terkenal. Awalnya dia hanya sendirian mengelola warung, kini dia sudah memiliki 8 pembantu untuk dua lokasi Warung, satu di Pangkur di rumah orang tuanya dan satu lagi di Campara di rumah Gajah Para.

Pada masa-masa penantian kelahiran itu, Ken Endok juga dikejutkan dengan kemunculan kembali Tunggul Ametung dalam hidupnya. Pria ini muncul kembali setelah ayah Ken Endok meninggal saat kehamilannya memasuki usia 7 bulan. Ayah Ken Endok jatuh sakit sepulang dari menggelar wayang di luar kota lalu meninggal dunia 3 hari kemudian. Menjelang kelahiran bayinya, atau dua bulan setelah ayahnya meninggal, Ibu Ken Endok menyusul ke alam baka karena kesedihan yang mendalam ditinggal suaminya. Ken Endok benar-benar merasa sebatang kara, hanya Tunggul Ametung yang sepertinya peduli dan menaruh perhatian lebih padanya.

Tunggul Ametung sering mampir ke Warung Nasi miliknya di Pangkur, selalu membayar dengan uang yang sangat banyak untuk pesanan makan yang sangat sedikit. Tunggul Ametung selalu menanyakan kesehatan dirinya dan kehamilannya. Dia juga yang mempersiapkan Dokter dan Rumah Sakit untuk kelahiran. Namun, bagi Ken Endok, sikap Tunggul Ametung ini sangatlah aneh. Seluruh perhatian yang ditujukan pada Ken Endok seperti perhatian orang tua pada anaknya. Ken Endok tidak melihat sikap kurang ajar atau tidak sopan yang dilakukan Tunggul Ametung padanya. Tidak pernah sekalipun Tunggul Ametung mencoba merayu atau memberikan janji-janji agar Ken Endok mau diajak menikah. Tunggul Ametung seperti mengambil alih tanggung jawab Ndoro Bramantyo!

Bramantyo...? Jika mengingat nama ini, hanyalah kebencian yang dirasakan Ken Endok. Tak ada kabar sama sekali tentang orang ini sejak mereka berpisah dan memporak-porandakan seluruh cita-cita Ken Endok dan Gajah Para. Tunggul Ametung hanya sekali memberitahu Ken Endok bahwa Pak Bramantyo telah dipindah ke Jakarta oleh pemilik Daha Corp. yaitu Pak Kertajaya. Karena itulah, Pak Bramantyo tidak akan pernah datang lagi ke Tumapel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun