Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ken Angrok - 04

22 Juli 2023   22:36 Diperbarui: 23 Juli 2023   10:44 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nggak Ndoro, ibu selalu menyuruh saya untuk tetap merawat diri dengan ramuan-ramuan khusus. Ada yang diminum dan juga ada yang dijadikan param."

"Heemmm, pantesan... Kulitmu juga keliatan alus. Suamimu sungguh beruntung Ken..." kata Bramantyo tetap terpejam seperti menikmati pijitan Ken Endok.

"Saya ini cuma 'wong ndeso' Ndoro..."

[Adegan lanjutan di sini telah Penulis sensor karena khusus untuk dewasa, untuk 21++]

***

Menjelang pukul 6 sore, Ken Endok tampak menggerakkan tubuhnya. Bramantyo melihatnya, dia tahu benar jika nanti Ken Endok terbangun pasti akan ada drama terlebih dulu yang harus dia selesaikan. Bramantyo dengan sengaja memiringkan tubuhnya berhadapan dengan Ken Endok karena dia menduga sebentar lagi Ken Endok akan terbangun. Bramantyo sudah sangat berpengalaman menghadapi apa yang akan terjadi.

Benar saja, ketika Ken Endok membuka matanya, dia melihat tepat di depannya wajah Bramantyo yang tersenyum. Ken Endok pun kaget, "Ah... apa yang terjadi Ndoro!" kata Ken Endok Panik sambil bangun terduduk. Tangannya mencari-cari pakaian tapi tak kunjung dia temukan. Dengan cepat dia meraih bantal untuk menutupi bagian depan tubuhnya. "A... apa yang terjadi Ndoro..." dia menatap Bramantyo yang terlihat tenang dan bahkan tersenyum.

"Tenang dulu Ken Endok..., tenanglah, coba kamu ingat-ingat lagi," kata Bramantyo santai.

Ken Endok menunduk dan mencoba mengingat kejadian sebelum dia tertidur. Pelan-pelan mulai terbayang kejadian siang tadi. Setelah mencuci piring-piring kotor bekas makan Bramantyo, dia ingat mulai memijat Bramantyo!!

"Ah..." tangannya menutup mulutnya yang hampir berteriak, "Tapi kenapa bisa terjadi sejauh ini Ndoro?"

"Yah... aku juga tidak tahu Ken Endok. Semuanya mengalir begitu saja. Awalnya memang kamu memijatku, tapi lama-lama kelamaan kita saling merasakan sesuatu. Lalu terjadilah..." Kata Bramantyo mencoba menjelaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun