Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kent Angrok - 03

20 Juli 2023   18:47 Diperbarui: 22 Juli 2023   22:46 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ken Endok mengikuti Tunggul Ametung dari belakang setelah menaruh belanjaanya. Mereka melintasi teras rumah itu ke sisi yang tembus lapangan badminton. Ken Endok sempet berkata dalam hati, "Kenapa kok harus pake kenalan dulu sama Ndoro Bram ya? Bukannya tinggal masak aja?"

"Ken Endok, Ndoro Bram tadi bilang pengin tahu siapa yang masak nasi goreng enak kiriman saya waktu itu. Saya tahu itukan kamu yang masak karena di suruh Ibu." kata Tunggul seolah menjawab pertanyaan dalam hati Ken Endok.

"Oh gitu Pak...," kata Ken Endok lirih.

Dada Ken Endok terasa berdebar saat Tunggul Ametung mengetuk pintu Paviliun yang ditinggali Bramantyo. Betapa tidak, baru kali ini dia akan bertemu dengan "Tuan Besar". Jangankan dia yang hanya seorang istri buruh tani, Pak Tunggul Ametung aja sepertinya sangat hati-hati dan hormat menghadapi Ndoro Bram, pikir Ken Endok.

"Masuk Pak Tunggul!," terdengar suara tegas berwibawa dari dalam.

Tunggul Ametung memutar handle pintu dan membukanya perlahan sambil tangan yang satunya memberi isyarat pada Ken Endok untuk mendekat.

Ken Endok mendekat dengan hati-hati dan menundukkan kepala seolah tidak berani menatap orang di dalam paviliun itu. lalu dia mendengar suara Tunggul, "Selamat pagi Pak Bram, ini Ken Endok yang memasak nasi goreng kiriman saya dulu itu."

"Oh iya, sini masuk dulu. Duduk sini," kata Bramantyo ramah.

"Ayo sini Ken Endok," kata Tunggul, "Kasih salam sama Ndoro Bramantyo," lanjutnya.

Masih sambil menunduk Ken Endok maju mendekati orang yang berdiri agak ke dalam. Matanya hanya tertuju pada kaki Bramantyo, tidak berani menatapnya. Lalu kedua tangannya menjulur untuk bersalaman. Bramantyo pun dengan hangat menyambut salam itu, terasa kekar namun halus di tangan Ken Endok.

"Maaf Pak Bram, saya izin mempersiapkan dulu pekerjaan kita hari ini. Silahkan Pak Bram kalo mau pesen nasi goreng khusus biar dibuatkan Ken Endok," kata Tunggul Ametung. Debar jantung Ken Endok pun semakin cepat ketika tahu akan ditinggalkan hanya berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun