"Wis Dik, ikuti aja kata Pak Tunggul. Pak Tunggul lebih tahu dari kita apa yang disukai Ndoro Bram."
"Iya Mas, tapi aku jadi degdegan takut salah nanti piye?"
"Anggap aja kamu masak seperti biasanya buat keluarga Pak Tunggul itu. Ndak usah bingung mikir piye, nanti malah salah kasih bumbu. Ini uang buat belanjanya dari Pak Tunggul tadi." kata Para sambil menyerahkan semua uang dari Tunggul Ametung.
"Lha nanti makan siang Mas gimana?"
"Oalah dik.., Pak Tunggul tadi hanya nyuruh buat sarapan aja. Siang ya kamu bisa langsung dari sana nganter makanan buat aku. Kalo nanti ternyata kamu harus masak lagi buat makan siang Ndoro Bram ya nggak papa, aku nanti jam 1 kalo kamu belum muncul tak ke warung aja dulu."
"Ya sudah Mas, mudah-mudahan Ndoro Bram cocok sama masakanku. Siapa tahu nanti aku disuruh ke Kediri buat masak di keluarga Ndoro Bramantyo ya mas?" kata Ken Endok tersenyum sambil matanya berbinar melihat ke atas berharap masakannya bisa lebih terkenal.
Gajah Para adalah seorang pemuda yang baru berumur 27 tahun. Ayah dan ibunya meninggal kecelakaan tepat saat dia lulus SMA. Gajah Para tidak mampu melanjutkan sekolahnya karena peninggalan orang tuanya hanya tanah dan rumah yang kini dia tinggali dengan Ken Endok. Sebetulnya, rumah besar dan tanah yang cukup luas ini juga dulunya adalah warisan kakek dari ibunya. Gajah Para tidak tahu menahu cara menjual rumah dan apa yang harus dia lakukan setelah itu. Lalu, Seperti teman-temannya yang juga tidak mampu, Gajah Para memilih menjadi buruh tani di Tumapel Inc. hingga sekarang.
Dari sisi pergaulan, Para termasuk orang yang susah bergaul dan lebih banyak pendiam. Namun dia orang yang sangat ringan tangan untuk membantu sesama. Banyak juga sebetulnya gadis yang menyukai Gajah Para, penampilannya yang kalem dan sopan membuat banyak wanita ingin dekat dengannya. Hanya saja Gajah Para memang tipe pria yang susah memulai pergaulan dan terlalu pendiam. Sepertinya segala sesuatu, baik yang menyenangkan atau membuatnya susah, dipendam sendiri dalam hati.
Pernikahannya dengan Ken Endok pun karena kebetulan saja. Saat bencana banjir bandang melanda desa itu, rumah Ken Endok termasuk yang hanyut diterjang banjir karena tidak jauh dari pinggir sungai. Karena ayah Ken Endok adalah teman baik dari almarhum ayahnya dan sifat bawaan Gajah Para yang ringan tangan, maka dengan sangat terbuka Gajah Para meminta keluarga Ken Endok untuk sementara tinggal di rumahnya sambil menunggu perbaikan rumah mereka. Di saat satu rumah inilah, hubungan Gajah Para dan Ken Endok mulai terjalin. Ayah Ken Endok yang melihat keduanya semakin akrab, tak ragu-ragu lagi menyuruh mereka menikah.
Seiring berjalannya waktu, pernikahan Gajah Para dan Ken Endok sepertinya tidak kurang suatu apapun jika dilihat dari luar. Namun sebetulnya, dua pasangan yang saling mencintai ini memiliki masalah serius. Ternyata Gajah Para menderita impotensi. Dokter yang pernah mereka temui saat mencoba berobat mengatakan bahwa masalah Gajah Para disebabkan oleh trauma psikologis. Hal ini terjadi kemungkinan saat Gajah Para harus ditinggalkan oleh kedua orang tuanya secara mendadak. Dia adalah anak tunggal yang selama ini sangat disayangi oleh Ayah Ibunya. Apa pun kesulitan dan kebutuhan Gajah Para selalu diselesaikan oleh orang tuanya. Lalu tiba-tiba dia harus hidup sendirian, harus menyelesaikan permasalahan tanpa bantuan siapa pun.
Dokter menyatakan bahwa Gajah Para bisa disembuhkan namun butuh waktu dan kesabaran yang tinggi. Dokter juga memberikan resep obat yang harus dikonsumsi setiap hari. Karena itulah, Ken Endok dengan sabar selalu mendampingi Gajah Para, bahkan seolah-olah berperan sebagai Ibu dari Gajah Para. Dokter juga menyarankan terapi berhubungan badan suami-istri dalam seminggu dua kali. Karena itu, Ken Endok membimbing Gajah Para untuk rutin berlatih berhubungan. Sejauh ini sudah ada tanda-tanda Gajah Para mengalami perkembangan yang baik, "senjata" milik Gajah Para mulai bisa berdiri tegak walau hanya dalam hitungan detik. Ken Endok sebenarnya selalu galau karena dibuat 'nanggung' saat berhubungan, namun apa boleh buat, dia harus terus bersabar dan telaten melatih Gajah Para.