Mohon tunggu...
Saidna Zulfiqar
Saidna Zulfiqar Mohon Tunggu... -

Simple, Easy going, dll

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mau Dibilang Syiah Kek? Sunni Kek? Wahabi Kek? Kamu Sendiri Apa Yah?

12 Desember 2017   00:42 Diperbarui: 12 Desember 2017   01:01 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengapa yah? Belakangan ini kita semakin ditarik mandor ke belakang gawang. Sedikit-sedikit si Anu menuding si Ani syiah, si Ani menuding si Ina wahabi, si Ina menuding si Ono liberal. 

Untungnya si Ono cuman menjawab dan malas menuding, Alhamdulillah, gini-gini aku ono agama dan kepercayaan loh! dibanding sampean yang sekedar dahar or mangan taklidan buta. 

Gini-gini aku ngaji loh dari kakek aku, kakek aku ngajinya dari kakeknya kakek aku, kakeknya kakek aku ngajinya dari kakeknya kakek-kakek aku, dan seterusnya, kek kamu nuding-nuding aku kek wahabilah, kek syiahlah, yang penting bukan kek kucing garong.

Si Ono cekikikan sendiri dengan penggunaan kata kucing garong yang keceplosan, sambil memperbaiki bibir, ia berkata; aku bukan kucing garong loh, karena sebelum diajarkan tentang Islam, kakekku terlebih dahulu mengajarkanku adab dan akhlak. Kata beliau sih, adab dan akhlak itu landasan Islam dan pintu gerbang pembuka rahmatan lil aalamiin. 

Tanpa akhlak dan adab, maka keislamanmu dan apa saja yang kamu pelajari tentang Islam itu justru bisa menjadi halakun lil aalamiin (kehancuran bagi sekalian alam), maka perbaikilah akhlakmu. Si Ono baru sadar sambil ngangguk-ngangguk, pantas saja kakeknya selalu memberikannya tugas tambahan untuk menimba air di sumur, memijat kaki, menjaga kambing-kambing sang kakek, dan menjaga kebunnya. Ternyata itu latihan kematangan adab dan akhlak yah kek?

Si kakek hanya senyum-senyum sambil berkata, jika kamu sudah biasa beradab dan berakhlak yang baik kepada guru, benda-benda, tanaman, bahkan kambingpun, niscaya kamu akan mampu beradab dengan baik kepada semua manusia yang berbeda latar belakang tanpa harus menuding dan menyalahkan orang, etnis, budaya, golongan, mazhab, dan agama lain. 

Si Ono dengan lugunya bertanya, bukannya selain agama islam itu kafir? Sang kakek tersenyum dan menjawab, jika al-quran sebagai akhlakmu, maka bangunkanlah akhlakmu dengan al-quran dengan prinsip dasar:

'Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan melakukan kebajikan, akan ada pahala bagi mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.' (Q.S. Al-Baqarah, 62).

'Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang Yahudi dan Sabiin dan Nasrani, barangsiapa beriman kepada Allah, hari akhir dan berbuat kebajikan, maka tidak ada rasa khawatir padanya dan mereka tidak bersedih hati.' (Q.S. Al-Ma'idah, 69).

'Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri sepenuhnya kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan (-Nya).'(Q.S. An-Nisa ', 125).

Shadaqallahul 'adziim, dengan demikian tidak akan ada kebencian di hatimu terhadap orang, kelompok ataupun agama lain tanpa ada alasan yang jelas. Si Ono hanya berkata, ooh gitu yah kek? Indahnya ajaran itu, tapi kok bisa yah dalam agama islam itu sendiri terjadi rebut-ributan dan jontos-jontosan antara si syiah ama si sunni dan lain-lain? 

Si kakek menjawab, perbedaan itu sebagai rahmat dan pelengkap menuju keutuhan atau kesempurnaan dan tak perlu diperbedakan apalagi diperdebatkan, karena bisa-bisa malah kamu nantinya yang diperbudakkan oleh perbedaan itu sendiri. Perbedaan sunni dan syiah itu intinya pada masalah dogma kepemimpinan, sedangkan masalah fiqh itu hanyalah masalah ijtihad dalam furu'iyah. 

Sehingga ada persamaan-persamaan sunni dengan syiah dan syiah dengan madzhab-madzhab lain, bisa jadi suatu saat ada kawan kamu yang shalat tidak meletakkan tangan di dadanya, maka janganlah kamu menudingnya syiah, karena di sunni atau di mazhab maliki juga membolehkannya. 

Suatu saat jika kamu shalat jenazah kemudian mereka menggunakan 5 takbir, jangan pula kamu menuding mereka syiah, karena itu sekedar perbedaan pandangan ulama tentang takbiratul ihram, apakah termasuk dalam 4 takbir atau di luar dari pada hitungan 4 takbir tersebut.

Oh..gitu yah kek? jadi gak perlu rebut-ribut siapa yang benar siapa yang salah apalagi menyalahkan orang atau kelompok lain yah? Jawab kakek, tidak perlu diributkan, toh mereka bersyahadat, mendirikan shalat, berpuasa, mengeluarkan zakat, dan juga beribadah haji. Iya yah, jawab si Ono kayak orang wes ngartos padahal masih linglung. 

Trus sekarang apa kek? Sekarang pergilah kamu mengurus kambing-kambing di kandang, beri makan, dan olesi oli bekas pada luka-luka yang ada di badan kambing itu agar kelak terlatih adab dan akhlakmu akan membimbingmu untuk lebih bijaksana dalam melihat segala persoalan. Beres Kek!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun