Si kakek menjawab, perbedaan itu sebagai rahmat dan pelengkap menuju keutuhan atau kesempurnaan dan tak perlu diperbedakan apalagi diperdebatkan, karena bisa-bisa malah kamu nantinya yang diperbudakkan oleh perbedaan itu sendiri. Perbedaan sunni dan syiah itu intinya pada masalah dogma kepemimpinan, sedangkan masalah fiqh itu hanyalah masalah ijtihad dalam furu'iyah.Â
Sehingga ada persamaan-persamaan sunni dengan syiah dan syiah dengan madzhab-madzhab lain, bisa jadi suatu saat ada kawan kamu yang shalat tidak meletakkan tangan di dadanya, maka janganlah kamu menudingnya syiah, karena di sunni atau di mazhab maliki juga membolehkannya.Â
Suatu saat jika kamu shalat jenazah kemudian mereka menggunakan 5 takbir, jangan pula kamu menuding mereka syiah, karena itu sekedar perbedaan pandangan ulama tentang takbiratul ihram, apakah termasuk dalam 4 takbir atau di luar dari pada hitungan 4 takbir tersebut.
Oh..gitu yah kek? jadi gak perlu rebut-ribut siapa yang benar siapa yang salah apalagi menyalahkan orang atau kelompok lain yah? Jawab kakek, tidak perlu diributkan, toh mereka bersyahadat, mendirikan shalat, berpuasa, mengeluarkan zakat, dan juga beribadah haji. Iya yah, jawab si Ono kayak orang wes ngartos padahal masih linglung.Â
Trus sekarang apa kek? Sekarang pergilah kamu mengurus kambing-kambing di kandang, beri makan, dan olesi oli bekas pada luka-luka yang ada di badan kambing itu agar kelak terlatih adab dan akhlakmu akan membimbingmu untuk lebih bijaksana dalam melihat segala persoalan. Beres Kek!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H