Sebagian pakar yang lain (Ghoodse, 2002; Jackobus, 2005; Kurniawan, 2008) menyebutkan kurang lebih 6 (enam) faktor yang menyebabkan orang menggunakan narkoba, yaitu: 1) Faktor pribadi yang meliputi mental yang lemah, ingin tahu dan coba-coba, mencari sensasi dan tantangan; 2) Faktor keluarga yang meliputi keluarga broken home, kurangnya perhatian orang tua, terlalu memanjakan anak, dan terlalu keras mendidik anak; 3) Faktor social yaitu salah bergaul dan ikut-ikutan; 4) Faktor kelompok atau organisasi tertentu yaitu adanya teman yang menggunakan/mengedar narkoba, iming-iming, dan paksaan atau jebakan teman; 5) Faktor ekonomi yang disebabkan oleh kesusahan financial dan kemiskinan, dan 6) Ketersediaan barang/narkoba.
Faktor-faktor penyebab di atas, jika ingin diproblematisasi, pada hakikatnya bukanlah inti dari masalah mengapa seseorang menggunakan narkoba melainkan sebagai faktor yang telah kebablasan di saat nasi telah menjadi bubur. Dengan kata lain, faktor-faktor tersebutkan di atas merupakan surface factor atau faktor yang yang nampak pada permukaan dan ada setelah perbuatan itu terjadi.Â
Jika diproblematisasi secara teliti, maka akan ditemukan bahwa faktor utama orang menggunakan narkoba adalah TIDAK ADANYA KEDAMAIAN DAN KESEJAHTERAAN dalam diri, keluarga, rumah-tangga, sekolah, lingkungan social, lingkungan kerja, dan lingkungan Negara. Seseorang yang merasa tidak damai dengan dirinya sendiri akan membuat ia mencari dan menemukan sesuatu/seseorang yang akan membuatnya merasa nyaman dan damai.Â
Begitupula dalam rumah ataupun lingkungannya. Faktor inilah yang mengkristalkan faktor-faktor yang disebutkan di atas muncul pada permukaan. Akibatnya, solusi yang ditawarkan tidaklah efektif dalam penanggulangan masalah ini. Karena sejatinya Negara belum dapat menjamin kedamaian dan kesejahteraan individu maupun masyarakatnya sehingga sulit untuk menemukan solusi yang tepat.
Kedamaian dan kesejahteraan pada hakikatnya adalah keseimbangan antara nilai positif dan negative suatu materi ataupun immateri. Keseimbangan antara berani dan takut, senang dan susah, gembira dan sedih, cinta dan benci, aman dan tidak aman, dihargai dan tidak dihargai, ada dan tidak adanya sesuatu/seseorang, kaya dan miskin, dan seterusnya.Â
Ketika salah satau sifat (positif atau negative) lebih mendominasi, maka akan terjadi ketidakseimbangan yang padaa akhirnya akan melahirkan pemberontakan jiwa dan penindasan/kebablasan/lupa diri dan berlebih-lebihan.
 Seseorang yang dominan merasa tidak dihargai akan mencari sesuatu atau seseorang yang akan lebih membuatnya merasa dihargai. Sebaliknya, seseorang yang dominan merasa dihargai akan bertindak semena-mena. Seseorang yang dominan kemiskinannya akan berbuat apa saja untuk menjadi kaya dan seseorang yang dominan kaya akan cenderung melakukan hal yang berlebih-lebihan. Untuk menyeimbangkan sifat positif dan negative ini dibutuhkan sebuah norma yang mengikat dan bersifat universal yaitu agama.
Tentunya, agama merupakan salah satu alternative yang dapat dijadikan solusi pengentasan penyalahgunaan narkoba yakni dengan kembali berpegang teguh (istiqamah) untuk mengimplementasikan ajaran-ajaran agama dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Karena semua agama jelas dan pasti mengatur, mengajarkan, dan menuntun kepada kedamaian dan kesejahteraan hidup bagi para pemeluknya. Itulah sebabnya mengapa orang memilih dan memutuskan untuk beragama. Sehingga mereka merasa aman, nyaman, damai, dan sejahtera dengan keadaan apapaun.Â
Itupula sebabnya mengapa Karl Marx (1818-1883) mengkritik agama sebagai candu dan kebahagiaan semu dari orang-orang tertindas yang pasrah dengan keaadaan. Sehingga menurutnya, untuk mencapai kebahagian dan kesejahteraan yang nyata pada saat itu, maka agama harus ditiadakan ataupun dengan merusak sistim social-agama. Sehingga agama tidak lagi memberikan kedamaian, bahkan sebagai faktor pertikaian karena urusan agama lebih berfokus pada doktrin halal-haram, doktrin sorgawi, dan saling mengkafirkan antara sesama pemeluk yang pada akhirnya orang akan meninggalkan agama itu dengan sendirinya untuk sebuah revolusi golongan atau sekte baru.Â
Padahal, revolusi terbesar adalah penemuan bahwa manusia dengan mengubah sikap batin akalnya dapat mengubah aspek-aspek lahiriah dan zahirian dalam hidupnya melalui agama (William James, 1842-1910).
Agama senantiasa mengajarkan dan menuntun pemeluknya untuk selalu berbuat baik. Seseorang yang benar-benar menjalankan nilai-nilai dan ajaran agama tidak akan mudah tergiur untuk melakukan hal-hal yang menyimpang. Seseorang yang selalu mendekatkan diri ke rumah-rumah ibadah akan takut untuk berbuat hal-hal yang tidak sepantasnya.Â