Mohon tunggu...
Said Kelana Asnawi
Said Kelana Asnawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Dosen-Penyair, menulis dalam bidang manajemen keuangan/investasi-puisi; Penikmat Kopi dan Pisang Goreng; Fans MU

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menemukannya

6 November 2022   18:35 Diperbarui: 7 November 2022   11:50 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lelaki ini dan saudarinya yang dicinta/dokpri

Rumah Puisi Indonesia

Lelaki itu biasa menyusuri pagi,

Ketika kabut mulai tersabikkan, pelukan dingin dirasakan

Lewat jalan jalan sunyi, lelaki itu memotong hari

Melepas kenangan, meraup masa depan

Membiarkan berterbangan, mengakumulasikan harapan

Tentang hidup dan kehidupan; Tentang cinta dan permekarannya

Tentang pertemuan untuk sebuah bayangan

Begitu setiap hari, lelaki itu setia pada irama

Tak dirasakannya cuaca, tak diteteskannya airmata

Harapan selalu melaparkan, namun itu tanda adanya kehidupan

Serpihan duka, selalu saja ditutupnya dengan senyuman

Lelaki itu percaya hidup selalu bergiliran:

Antara harapan dan kesenangan

Bahwa satu hari dia akan ditemukan

lelaki ini dan saudarinya yang dicinta/dokpri
lelaki ini dan saudarinya yang dicinta/dokpri

Pada berbagai malam yang dikatupkan

Kadang rembulan, kadang gemintang, kadang kesendirian, bergantian

Lelaki itu melihat siluet wajah yang sangat samar

Kadang mengenali, kadang terlupakan

Selalu ia cari, namun kadang terabaikan

Wajah itu datang dan pergi dan datang lagi

Wajah itu menghampiri, dan pergi lagi

Dan pergi lagi

: dan satu hari nanti dia tak ditemukan!

Pada sebait doa yang dihamparkan

Akan jalan kenangan,  airmata tak diteteskan,  malam yang penuh keheningan

Sebongkah senyuman selalu ia sisipkan, dengan lirih berkata:

Seluruh hidupku berbahagia, maka sisa hidupku demikian adanya

Aku akan menemukannya

harapannya untuk bersama dengan seorang yg dicinta/dokpri
harapannya untuk bersama dengan seorang yg dicinta/dokpri

Pada satu kisah yang dicatat malaikat,

sebuah cincin ilang telah tersemat

Wanita itu mencubit pipi, bukan mimpi

Di sebelahnya tergeletak ilalang lainnya

Di terobos angin pagi, airmata dipipinya terpendarkan

: siapa yang menemukan kesendirianku

pengembara yang tertunduk memungut rindu?

Di pipinya sungai pengharapan tak tertahankan

Temukanlah Yaa Tuhanku!

08-10-2020 [after subuh]

*****************************************************************************

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun