"Apa pun yag layak untuk diajarkan dapat disajikan dalam berbagai cara. Berbagai cara ini dapat memanfaatkan banyak kecerdasan kita" (Howard Gardner)
Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya piker yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensorinya; usia satu setengah tahun sampai 3 tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (Theo dan Martin, 2004).
Hasil-hasil studi di bidang neurologi mengetengahkan antara lain bahwa perkembangan kognitif anak telah mencapai 50% ketika anak berusia 4 tahun, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100% Â ketika anak berusia 18 tahun (Osborn, White, dan Bloom). Studi tersebut makin menguatkan pendapat para ahli sebelumnya, tentang keberadaan masa peka atau masa emas (golden age) pada anak-anak usia dini.
Masa emas perkembangan anak yang hanya datang sekali seumur hidup tidak boleh disia-siakan. Hal itu yang memicu makin mantapnya anggapan bahwa sesungguhnya pendidikan yang dimulai setelah SD tidaklah benar. Pendidikan harus sudah dimulai sejak usia dini supaya tidak terlambat. Sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan Anak Usia Dini (Martini, 2006).
Seorang youtuber yang memiliki akun Miss Trisha Channel menjelaskan terkait kecerdasan majemuk atau disebut juga dengan multiple intelegence ada di dalam diri setiap manusia. Kecerdasan menurut paradigma multiple intelegence dapat didefinisikan sebuah kemampuan yang memiliki tiga komponen utama, diantaranya:
- Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Cara mengetahui komponen pertama pada anak usia dini adalah ketika anak asik bermain lego dengan jumlah keseluruhan 35 biji lego, kemudian saat anak bermain legonya hilang sebanyak 5 biji anak akan berusaha mencari sampai ketemu, atau saat ada mainan yang rusak dan anak berusaha untuk memperbaikinya. Nah itu merupakan contoh dari komponen yang pertama.
- Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru yang dihadapi dan kemudian dicoba untuk diselesaikan
Komponen yang kedua ini bisa dilihat saat anak bermain mobil-mobilan, anak akan melepas ban dari mobil-mobilan tersebut, kemudian di pasang lagi, dilepas lagi atau bisa juga diganti dengan ban yang lain. Anak melakukan hal demikian karena anak mengalami masa trial and error (coba-coba), anak melakukan hal tersebut karena anak penasaran.
- Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang
Komponen ketiga ini biasanya kita jumpai saat kita melakukan aktifitas rumah kemudian tiba-tiba anak menawarkan kadang merebut aktifitas kita; menyapu, cuci baju, menjemur pakaian, cuci piring dst.
Miss Trisha menjelaskan kecerdasan majemuk yang terdapat pada anak usia dini dapat dideteksi melalui tingkah laku. Miss Trisha juga menjelaskan bahwa kecerdasan majemuk dibedakan dalam 9 kecerdasan, dan 9 kecerdasan ini belum tentu ada pada setiap diri manusia, artinya kita tidak boleh terpaku pada satu tipe kecerdasan tertentu. Ini sering terjadi pada pengasuh anak (orangtua dsb) beranggapan anak yang tidak dapat melakukan kehendak dari pengasuh anak akan dikatan "bodoh, gagal, dsb" padahal anak memiliki kecerdasan di lain sisi yang belum diketahu, kira-kira 9 kecerdsan tersebut ada apa aja sih?
Verbal Linguistik Intelegence
Kecerdasan ini ditunjukkan anak terhadap bunyi-bunyian atau suara, juga berkaitan dengan makna, fungsi kata-kata dan anak yang cenderung efektif dalam berkomunikasi, misalnya anak suka mengarang cerita; mengarang cerita; mengutarakan pendapatnya; bermain yang melibatkan bahasa; belajar berbagai macam bahasa. Selain itu anak juga memiliki pemahaman yang tinggi terhadap bahasa. Jika mendapati hal demikian anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan verbal linguistic.
Logical Mathematical Intelegence
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan pada pola-pola logis. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan logical mathematical cenderung mampu mengoprasikan angka dengan sangat baik, cepat sekali mengenal symbol angka dan mampu mamahami konsep-konsep matematika dengan baik, sebab dan akibat juga mampu ia pahami dengan sangat mudah.
Visual Spatial Intelegence
Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan seorang anak untuk mempersepsi dunia visual spasial secara akurat. Anak mampu memahami mengenai koordinasi warna, mampu menciptakan bentuk-bentuk 2D dan 3D dan mampu membayangkan detail-detail benda dengan nyata.
Musical Intelegence
Tanda dari kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan anak untuk mampu mengapresiasikan irama; nada; dan bentuk-bentuk ekspresif musical. Ketika anak bernyanyi, mendengarkan music, kemudian bereksplorasi dengan alat-alat music dan bermain nada itu merupakan wujud dari kecerdasan musical intelegence.
Kinesthetic Intelegence
Ditandai dengan kemampuan mengukur gerak tubuh dan mengelola objek. Jadi, seorang anak yang kelihatan senang bergerak, kelihatan lincah, suka menari, tidak mengenal lelah dengan aktifitas-aktifitas fisik; berlari; bersepeda; melompat dan hal-hal lain yang melibatkan motorik kasarnya merupakan tanda kecerdasan kinestetik.
Interpersonal Intelegence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, motivasi, keinginan seseorang, sifat dan watak seseorang. Saat kita melihat anak yang mampu berinteraksi dengan baik bersama temannya; orang dewasa, kemudian mampu menunjukkan empatinya; simpatinya, dan mampu bergaul; berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dengan baik, maka anak tersebut menunjukkan kecerdasan interpersonalnya.
Naturalist Intelegence
Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian seorang anak untuk membedakan antara anggota-anggota spesies, mengenali hubungan spesies-spesies lain hingga hubungan antar spesies. Misalnya hubungan manusia dengan hewan; tumbuhan, dst. Biasanya kecerdasan ini muncul pada diri anak ketika anak itu senang berkebun, merawat binatang, dsb.
Intra-personal Intelegence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami perasaannya sendiri dan memahami emosinya. Misalnya saat anak membanting atau melempar barang anak mengatakan dia sedang marah atau ketika menunjukkan sikapnya dengan berdiam tidak mau berbicara dan anak mengetahui bahwa ekspresi tersebut menunjukkan bahwa anak sedang marah atau sedang tidak suka dengan sesuatu, dan saat sedih anak mengungkapkan dengan menangis.
Existential Intelegence
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan untuk berfikir sesuatu yang hakiki dan eksitensi. Misalnya, anak memahami ketika anggota keluarganya ada yang meninggal, kemudian ketika anak mempunyai seorang adik di rumah, anak mampu memahami bahwa dikeluarganya aka ada anggota baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H