Mohon tunggu...
Saidatun Nia
Saidatun Nia Mohon Tunggu... Lainnya - Pengisi waktu luang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Menambah Beban Masalah pada Anak

5 Oktober 2020   23:11 Diperbarui: 5 Oktober 2020   23:41 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu itu ya...."

Sebagai pengasuh; orangtua pasti pernah atau bahkan sering mengeluarkan kalimat yang tertera dalam kalimat pembuka pada tulisan saya kali ini. Pastinya kalimat tersebut sering dikeluarkan saat anak melakukan kesalahan. Perlu diketahui kalimat seperti itu seharusnya jangan sampai dikeluarkan saat anak melakukan sebuah kesalahan, anak bukan menjadi lebih baik justru Anda akan menambah beban masalah pada dirinya. Mengapa demikian? Karena kesalahan yang dilakukan anak bukanlah kemauan anak itu sendiri, namun itu merupakan sebuah masalah pada diri anak, kok bisa?

Setiap manusia yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan termasuk anak usia dini pasti mengalami banyak hambatan, gangguan serta kesulitan yang pemecahannya kadang-kadang memerlukan bantuan orang lain terutama orang yang profesional. Masalah-masalah yang tidak teratasi dengan tepat bisa menimbulkan hambatan dan masalah pada anak masa sekarang maupun setelah anak melanjutkan ke jenjang sekolah dasar.

Agar bantuan yang diberika pada anak sesuai dan tepat dengan permasalahan yang dihadapi maka langkah awal yang perlu diketahui adalah mencari tahu masalah yang terjadi pada diri anak. Masalah anak usia dini yang dominan dialami menurut guru dan orangtua adalah:

  • Egois, pada masalah ini anak akan berfikir dan berbicara tentang dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain.
  • Perilaku sok kuasa; menang sendiri dan mengatur teman. Masalah seperti ini sering kita jumpai saat anak bermain bersama teman-temannya. Salah satu dari anak pasti ada yang berkuasa dan ditakuti oleh teman-temannya
  • Bertengkar, misalnya sering berselisih pendapat dalam kelompok
  • Negativisme, masalah sepert ini biasanya memberi perlawanan dalam bentuk fisik misalnya menyakiti atau memukul temannya, membantah tidak mau ikut kelompok
  • Agresif, masalah ini sama sama halnya dengan negativism hanya saja negativism belum tentu agresif kalau agresif sudah pasti negativism, karena masalah agresif sudah pasti berwujud kekerasan (menyakiti atau memukul teman)

"Anak usia dini adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Terganggu atau terhambatnya pengembangan potensi anak akan mengakibatkan timbulnya masalah pada diri anak"

Masalah-masalah di atas merupakan kajian dari tingkah laku wajar, tingkah laku ke arah tingkah laku bermasalah dan tingkah laku bermasalah. Apa yang membedakan dari ketiga sumber masalah tersebut?

Tingkah laku wajar

Menurut guru dan orangtua masalah sosial yang dialami ana usia dini merupakan tingkah laku yang wajar, karena anak yang sedang dalam masa tumbuh dan berkembang pasti akan menonjolkan sifat keakuannya. Misalnya anak-anak bertingkah laku berfikir dan berbicara tentang dirinya sendiri, menang sendiri dan suka mengatur temannya.

Masalah-masalah tersebut merupakan wujud dari sifat egosentrisme, dan hampir semua anak usia dini bersifat egosentrik, maka dari itu anak menujukkan bahwa mereka cenderung berfikir dan berbicara tentang diri mereka sendiri. Apakah kecenderungan tersebut bisa dihilangkan atau bahkan akan menetap? Menurut (Hurlock, 1978) menetap atau tidaknya tergantung pada tiga hal ini:

  • Seberapa kuat keinginan anak untuk diterima secara sosial
  • Pengetahuan mereka tentang cara memperbaiki perilaku
  • Kemampuan intelektual yang semakin berkembang yang memungkinkan pemahaman hubungan antara perilaku mereka dengan penerimaan sosial

Tingkah laku  yang potensi kea rah tingkah laku bermasalah

Apabila tingkah laku yang pertama tidak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari orang yang tepat; guru dan orangtua maka tingkah laku tersebut berpotensi mengalami perkembangan ke  rah tingkah laku bermasalah.

Misalnya anak berfikir dan berbicara tentang dirinya sendiri, menang sendiri, sering berselisih pendapat dalam kelompok, memukul temannya. Apabila tingkah laku tersebut berkembang dalam diri anak ke arah yang negatif maka akan berpotensi menjadi tingkah laku bermasalah, misalnya anak menjadi orang yang tidak bisa menghargai hak orang lain, bertindak semena-mena terhadap orang lain dan main hakim sendiri.

Tingkah laku bermasalah

Tingkah laku anak usia dini menurut guru dan orangtua dapat dikategorikan sebagai tingkah laku bermasalah, karena mengganggu kegiatan kelas. Misalnya anak selalu mau menang sendiri, kalau tidak dituruti dia akan mengamuk dan memukul temannya sehingga kelas menjadi terganggu. Menurut (Detyen, 1963) tingkah laku tersebut merupakan tingkah laku yang menyimpang dari standard yang diterima secara umum, dan diperlukan teknik-teknik khusus untuk menanganinya.

Tingkah laku anak dikatakan bermasalah karena tingkah laku tersebut dapat merugikan diri anak baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. Menurut (Robert, 1997) tingkah laku anak dapat dikatakan sebagai tingkah laku bermasalah apabila memeuhi kategori sebagai berikut:

  • Konflik dengan orang lain, misalnya anak mengalami kesulitan berhubungan dengan orangtua
  • Konflik dengan diri sendiri
  • Kurangnya informasi tentang diri
  • Kekurangan informasi tentang lingkungan
  • Masalah kurang keterampilan

Menurut (Barr, 1958) mengemukakan teknik bimbingan tingkah laku sosial anak ke arah yang positif adalah memberikan kesempatan kepada anak sebanyak mungkin untuk:

  • Membuat dan mengambil keputusan serta memilih kegiatan yang sesuai dengan keinginannya
  • Memecahkan masalah dalam interaksi sosial seperti bagaimana cara mengajak teman dalam bermain

Setelah kita mengetahui adanya tahap masalah yang sering terjadi pada anak usia dini apakah sebagai orangtua masih ingin menghakimi sebuah kesalahan yang diperbuat oleh anak? Dan apakah sebagai orangtua ingin melihat anak tumbuh dengan membawa tingkah laku yang bermasalah? Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun