Mohon tunggu...
Saidatun Nia
Saidatun Nia Mohon Tunggu... Lainnya - Pengisi waktu luang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

26 Maret 2020   23:28 Diperbarui: 26 Maret 2020   23:26 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Clark dan Clark, dalam mempelajari bahasa, anak-anak menghadapi dua permasalahan. Pertama, anak harus memetakan ide dan pengetahuan ke dalam proposisinya, sehingga anak bisa mengungkapkan makna melalui bahasa. Kedua, anak juga harus tahu bagaimana menyampaikan tujuan mereka. 

Selanjutnya dinyatakan Clark dan Clark, bahwa permasalahan pertama berkaitan dengan tata bahasa dan permasalahan kedua berkaitan dengan tindak tutur. Pengetahuan tentang tata bahasa inilah yang memungkinkan penuturnya mampu membedakan antara kalimat gramatikal dan yang tidak gramatikal, karena komunikasi yang efektif membutuhkan lebih dari itu, yakni harus mampu menggunakan bahasa yang tepat sesuai dengan situasi dan konteks. 

Orang tua dan guru sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan bahasa anak, wajib memahami ciri-ciri pembelajaran anak dalam hal kesesuaian usia dan kesesuaian individunya (Bredekamp, 1987).

Anak menerima dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara. Keterampilan menyimak dan membaca merupakan keterampilan bahasa reseptif karena dalam keterampilan ini makna bahasa diperoleh dan diproses melalui symbol visual dan verbal. Ketika anak menyimak dan membaca, mereka memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman mereka. 

Dengan demikian menyimak dan membaca juga merupakan proses pemahaman (Comprehending Process). Berbicara dan menulis merupakan keterampilan bahasa ekspresif yang melibatkan pemindahan arti melalui symbol visual dan verbal yang diproses dan diekspresikan anak. 

Ketika anak berbicara dan menulis, mereka menyusun bahasa dan mengkonsep arti. Dengan demikian berbicara dan menulis adalah proses penyusunan (Composing Process).

Dalam ilmu perkembangan bahasa anak, tahapan berbahasa dibedakan menjadi beberapa bagian, dan dalam penulisan saya kali ini menjelaskan 4 tahapan; fonologis; leksikal; sintaksis; dan pragmatis.

Fonologis
Proses fonologis merupakan prosedur yang bersifat universal yang disusun secara hierarkis yang digunakan oleh anak untuk menyederhanakan ujaran (Ingram, 1981). Bersifat universal dalam artian bahwa setiap anak dilahirkan dengan fasilitas untuk menyederhanakan ujaran dengan cara-cara yang konsisten. Bersifat herarkis diartikan bahwa proses-proses fonologis tertentu lebih dasar dibandingkan yang lain. Perkembangan fonologi selanjutnya didefinisikan sebagai penghilangan secara bertahap proses fonologis yang dialami anak sampai akhirnya ujaran anak menyerupai ujaran orang dewasa.

Leksikal
Perkembangan leksikal yang diacu dalam penelitian ini adalah bunyi atau bentuk fonetis yang diproduksi anak yang secara sistematis terkait dengan suatu konteks tertentu. Bentuk yang diproduksi oleh anak ini mengandung kemiripan fonetis dengan target bentuk kata orang dewasa secara suku kata dan/atau struktur segmen. Menurut Stoel-Gammon (2011), dalam banyak hal bentuk yang diproduksi anak dengan orang dewasa berbeda secara substansial, namun ada pola korespondensi antara bentuk keduanya yang bisa diidentifikasi. Dapat dicontohkan kemudian bahwa bentuk [num] untuk "minum" bisa berterima jika bentuk tersebut diujarkan dengan konteks yang sesuai (seperti ketika ingin minum, menunjuk gambar air atau melihat air atau benda-benda cair lainnya).

Sebelum anak dapat mengucapkan kata, dia memakai cara lain untuk berkomunikasi: dia memakai tangis dan gestur (gesture, gerakan tangan, kaki, mata, mulut, dsb). Pada mulanya kita kesukaran memberi makna untuk tangis yang kita dengar tetapi lama-kelamaan kita tahu pula akan adanya tangis-sakit, tangis-lapar, dan tangis-basah (pipis/eek). Pada awal hidupnya anak memakai pul gestur seperti senyum dan juluran tangan meminta sesuatu.

Sintaksis
Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian kata). Kata ini, bagi anak, sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seuruh kalimat itu. Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa "kalimat satu kata" sebelumnya yang disebut holofrastis. Kalimat satu kata bias ditafsirkan dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabungan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalin usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.

Dari segi sintaksisnya, USK (Ujaran Satu Kata) sangatlah sederhana karena memang hanya terdiri dari satu kata saja; bahkan untuk bahasa seperti bahasa Indonesia hanya sebagian saja dari kata itu. Namun dari segi semantiknya, USK adalah kompleks karena satu kata ini bias memiliki lebih dari satu makna. Anak yan mengatakan /bi/unruk mobil bias bermaksud mengatakan:

a. Ma, itu mobil

b. Ma ayo kita ke mobil

c. Aku mau ke mobil

d. Aku minta (mainan) mobil

e. Aku nggak mau mobil

f. Papa ada dimobil, dsb

Pragmatis

Pragmatik adalah studi tentang penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat yang sama (Ninio dan Snow, 1989:9). Pragmatik bukan merupakan komponen keempat (di samping fonologi, sintaksis, dan leksikal) pada bahasa tetapi memberikan perspektif yang berbeda mengenai bahasa. Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya atau orang lain saat ia menangis sehingga kemudian bayi akan menangis bila meminta orang dewasa melakukan sesuatu buatnya.

Penggunaan pengetahuan bahasa pragmatik terlihat jelas ketika anak usia 4 tahun menginginkan mainan yang sedang digunakan anak lain. Pesan ini mungkin dikomunikasikan dengan beragam cara, menggunakan tingkat nada, kerasnya, dan tempo serta perilaku nonlisan yang berbeda-beda:

a. Ini punyaku (merebut mainan)

b. Ayo bermain bersama (mengajak bermain bersama)

c. Apakah kamu sudah selesai dengan mainan itu? (secara implisit mengambil giliran)

d. Bisakah aku bermain denganmu?(menyarankan kegiatan bersama dengan mainan itu sebagai bagian kegiatan

e. Aku mau ini! (secara langsung menunjukkan tujuannya)

f. Berikan ini padaku! (permintaan langsung, tidak ada negosiasi.

Cara-cara anak mengkomunkasikan maksudnya dan keberhasilan hasilnya mengembangkan pengetahuan bahasa pragmatik anak. Melalui interaksi yang sering dengan orang lain, anak-anak memperoleh pengalaman dalam menggunakan bahasa secara berbeda dan dalam situasi dan kondisi yang berbeda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun