Mohon tunggu...
Saibansah Dardani
Saibansah Dardani Mohon Tunggu... Wartawan -

Warga Batam, Pengamat Perbatasan, Pecinta Jurnalistik. "Aku Menulis, Maka Aku Ada." saibansahdardani@yahoo.com 0816-1379708 atau 082171208791 WA : 0851-01221734

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Undangan Kematian

11 Februari 2016   18:00 Diperbarui: 11 Februari 2016   18:26 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ini adalah undangan kematianku.”
“Aku ingin cetak dua kali lipat dari undangan pernikahanku dulu To.”
Darto tampak berasa menguasai emosi dirinya sendiri. Napasnya sendiri pun tak terkontrol dengan baik.

“Baik Mas Kir.” Itu saja kalimat yang keluar dari mulut Darto, sebelum ia meninggalkan Sukirman sendirian di ruang kerjanya.

Sukirman kembali menatap kaca jendela ruang kerjanya. Kembali ia melempar senyum kepada perempuan cantik yang kini sudah ia anggap sebagai istrinya itu. Sebaliknya, senyum lebih manis pun terlepas dari bibir tipis perempuan bergaun putih itu.

“Aku sudah mencetak undangan kematianku, sayang.”
“Aku ingin ada ribuan anak yatim mengantarkan jenazahku, juga ribuan sahabat dan ribuan malaikat.”

Tetap saja, tak pernah ada jawaban yang keluar dari mulut perempuan bergaun putih itu, selain senyuman.

Tiga hari sebelum hari H yang tercetak dalam undangan kematian Sukirman, setiap malam ribuan anak yatim piatu melangsungkan wiridan di rumah Sukirman. Mereka semua mendo’akan arwah Sukirman agar diterima di sisi-Nya. Bersama para anak yatim piatu itu, Sukirman juga khusyu’ berdo’a.

Tiga hari berlalu setelah hari H kematian Sukirman yang tercetak dalam undangan kematian itu, pengajian wiridan ribuan anak yatim itu pun terus berlangsung. Dan Sukirman, juga khusyu’ berdoa’a bersama mereka.

***

Batam, 7 Januari 2006

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun