Mohon tunggu...
Sahyoni
Sahyoni Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pemerhati Sosial

Rakyat Badarai

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae-yong, Bahasa dan Sepakbola

7 Januari 2025   22:49 Diperbarui: 9 Januari 2025   14:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Coach Shin Tae-yong (Sumber: detiksport-detik.com)

Bahasa sebagai Identitas dan Kultur 

Filosofi ini betul-betul diamalkan oleh "The special one" sang juru taktik kelas wahid Jose Mourinho. Sebagai seorang arsitek permainan dia paham betul fungsi bahasa sebagai sebuah identitas sekaligus kultur. Makanya dia akan berusah belajar bahasa setempat tempt dimana ia melatih, selain bisa bahasa Portugis, dia menguasai Inggris, Spanyo, Italia, dan Prancis. 

Tak mengherankan ia seorang polyglot yang tidak mengalami kedala bahasa ketika melatih di Eropa. Sehingga ia fokus kepada strategi, pencapaian tim bukan pada kendala teknis. Dia sangat paham bahwa bahasa tidak hanya sebatas ucapan saja tetapi bahasa lebih kepada bagaimana tradisi suatu negara.  

Pep Guardiola ketika melatih Bayern Munchen menggunakan kalimat Guten Tag und Gr Gott untuk membuka sesi konfrensi pers. Ini ia lakukan tidak lebih sebagai bentuk penghormatan tuan rumah and "basa-basi" kepada pendukung klub asuhannya. Sehingga first impression berhasil dia kunci dengan sempurna yang membuat publik semakin percaya pada strategi yang akan dia terapkan.

Beruntung publik tanah air tidak "seganas" netizen negeri Catalan dalam hal penggunaan bahasa. Publik Spanyol sangat tegas dalam hal pemakaian bahasa lokal.

Menurut laporan Craig Williams yang terbit di The Guardian dengan judul "La Liga's Foreign Players Are Easy Targets Until They Master the Spanish Language" menyebutkan bahwa bagi masyarakat Spanyol kemampuan pemain asing menggunakan bahasa lokal adalah sebuah kewajiban. Bahkan mereka berasumsi kemampuan bahasa melebihi performa dan skill pemain itu sendiri. 

Berkaca pada rakyat Catalan, ada benarnya juga apa yang disampaikan oleh pak ET bahwa bahasa menjadi kendala keharmonisan antara pelatih dan PSSI. Tentunya permasalahan "Language Barrier" hanya dalam eskalasi mikro saja, ada hal lain yang lebih substansi dibalik alasan "good bye" pelatih yang performm sangat luar biasa dalam mengangkat citra sepak bola Indonesia di mata internasional. 

Sekali lagi, keputusan sudah diambil oleh ketua PSSI, like or dislike untuk saat ini sikap kita mesti menerima keputusan itu. Barangkali saja pak ET sudah menyiapkan pelatih yang "wah" yang bisa meloloskan Indonesia pada piala dunia 2026. Atau jangan-jangan akan memboyong "The special one" untuk merasakan atmosfer GBK pada Maret nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun