Mohon tunggu...
sahrum
sahrum Mohon Tunggu... Guru - Pengajar SMPN 1 Kauman

Saya suka membaca fiksi, esai, artikel, dan berita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cermin Misterius

19 Oktober 2022   16:05 Diperbarui: 19 Oktober 2022   16:11 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam membungkus bumi seakan pecah berserakan di hatimu, sebab hampir setiap malam matamu terjaga, tidak bisa tidur nyenyak. Di rumah kontrakanmu yang baru, kamu seperti merasakan aura menyeramkan. Seperti ada sosok wanita tua jalannya membungkuk, rambutnya menjuntai lebat, dan berpakaian putih. Sesekali kamu melihat bayangan wanita tua itu melintas di depan pintu kamarmu, kadang-kadang di tengah malam ada suara ketukan pintu kamarmu. Hatimu was-was. Padahal, ketika kamu lihat kosong.

Saat itu juga bulu kudukmu berdiri, kamu segera menutup pintu kamar. Kamu ingat malam itu malam Jumat Kliwon. Tiba-tiba tubuhmu seperti terkena lelehan es. Dingin menyusup. Kamu kunci pintu, lalu berbaring di kasur, tubuhmu ditelan selimut tebal.

Sesekali kamu mendengar suara wanita tua yang lamat-lamat berkata, "Kembalikan cerminku." Jantungmu berdetak kencang. Keringat dingin luruh.

Kamu baru ingat, hari Minggu ini kamu berwisata ke hutan pinus. Kamu sempat berteduh di gubuk tua bersama dengan temanmu, Yusi. Saat itu, kamu menemukan cermin bundar berukuran mungil, dilapisi kayu berserat hitam. Tangamu mengusap debu, seketika cermin memantulkan wajahmu yang kelelahan. Cermin itu, sekarang kamu simpan dalam laci kamarmu.

"Kembalikan cerminku." Samar-samar bunyi itu terdengar telingamu, meski kamu bersembunyi dalam selimut.

Sementara itu, lacimu mengeluarkan bunyi gaduh, "Dok-dok-dok." membuat jantungmu seperti copot. Nafasmu kini berat seperti ada beban.

Kamu diam sejenak, merasakan keganjilan yang menjadi-jadi. Tidak terduga kakimu seakan ditarik oleh tangan kasar dan dingin. "Tolonngggggg, tolonngggggg!" Kamu berteriak berkali-kali sekuat tenaga.

Dari luar aku mendobrak pintu kamarmu sekuat tenagaku berkali-kali. Akhirnya, kunci penghalang hancur. Kudapati dirimu terlentang kaku. Aku mendekapmu, dan memberikan air minum.

"Aku khawatir denganmu, ada tanda aneh, sehingga aku datang kemari. Ternyata benar firasatku." Aku menunggu penjelasan darimu, kejadian apa yang menimpamu ini.

"Aku sedang diteror bayangan wanita tua. Mungkin berasal dari cermin yang aku bawa kemarin itu, saat aku berwisata dengan Yusi." Jelasmu gemetar dan wajahmu pucat. Kamu menunjukkan cermin dalam laci.

Aku mencoba menghubungi dan menjelaskan kejadian ini ke Yusi pakai Handphone Androidmu. Dia bersedia datang sendiri meski malam buta. Sambil menunggu Yusi, aku dan kamu membuka laci, membungkus cermin itu. Rencana ingin kamu kembalikan ke gubuk tua, tempat menemukan benda aneh ini.

Aku pun juga merasakan keganjilan, seperti yang kamu rasakan. Di luar ada kelebat bayangan wanita tua. Seketika itu, kamu memelukku kencang. Jantungku berdetak. Aku harus kuat, tidak boleh kalah, kataku dalam hati.

Yusi yang meluncur ke sini, tidak kunjung sampai. Entah ada kejadian apa lagi. Aku mencoba menghubunginya tetapi tidak bisa.
***
Matahari mencumbu rerumputan, nafasmu kini tidak berat seperti malam yang berjalan tadi. Tekatmu bulat ingin mengembalikan cermin aneh, agar tidak ada teror yang mengusikmu.

Yusi datang dengan langkah gamang. Semenjak aku hubungi malam tadi, ternyata dia juga merasakan hal aneh, dia diganggu bayangan wanita tua, mobilnya mogok di jalan. Untungnya ada yang menolong.

Tanpa berdiskusi panjang, kami berangkat ke wisata hutan pinus. Yang ditempuh seharian.

"Kalau sampai tidak dikembalikan, mungkin kita akan diteror terus." Kamu berandai-andai buruk.

"Tenang dan tetap fokus. Pasti ada jalan ke luar." Aku meyakinkanmu serta Yusi yang menatap jalan berliku-liku.


***


Sebelum senja larut, kami sampai di wisata hutan pinus. Kamu memimpin jalan, sedangkan aku dan Yusi membuntutimu. Perasaanku tidak enak.

"Aku menemukan cermin ini di area sini, tapi kok gubuknya tidak ada." Kamu kebingungan memastikan keberadaan gubuk tua kemarin memang ada di tempat ini, sekarang entah kenapa gunung itu raib seperti ditelan bumi.

"Menang benar kemarin tempat ini ada gubuk tua." Yusi pun tidak salah ingat.

Senja semakin larut sempurna, perlahan tempat itu sunyi. Kebetulan ada satu orang lewat dengan pakaian hitam, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

"Pak, ingin tanya. Benar di sekitar sini ada gubuk?" Tanyaku.

"Di sini tidak ada gubuk, yang ada hanya pohon." Jelasnya singkat kemudian melanjutkan langkah. Anehnya, ketika beberapa meter orang itu hilang.
Tiba-tiba terdengar suara kepak kelelawar dan suara aneh seperti orang tertawa di pohon-pohon. Suara itu menjadi-jadi.

Kamu dan Yusi berteriak bersama, "hiiiiiiii, lariiii." Terbirit-birit tunggang langgang ke mobil. Meninggalkan aku di belakang.
***

Cerpen "Cermin Misterius" terpilih jadi juara 2 nasional lomba yang diselenggarakan oleh Penerbit Sarasayu Samudro tahun 2022.


Sahrum, pengajar di SMPN 1 Kauman Ponorogo. Puisinya terhimpun dalam buku Hujan dalam Kopiku dan kisah inspiratifnya terhimpun dalam buku Jejak Profesi Mengukir Hati. Tahun 2021 meraih prestasi penulis cerpen terbaik 3, lomba yang diselenggarakan GPM (Geliat Ponorogo Menulis). Juara harapan 2 menulis artikel yang diselenggarakan oleh PGRI Ponorogo. Penulis bisa dihubungi melalui IG: sahrum_kk atau WhatsApp: 083845436223

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun