Salah satu hobi saya adalah naik gunung dimulai sejak tahun 2013  banyak gunung-gunung dengan pemandangan indah sudah pernah saya kunjungi , di antaranya Mahameru, Gunung Kerinci, Gunung Rinjani, Cermai , Gunung Gede dan masih banyak yang lainya , sekalipun tidak sering naik gunung mungkin dalam satu tahun 2 atau 3 kali, setelah saya membaca beberapa sumber ternyata naik gunung juga berbahaya untuk otak kalau tidak di lakukan dengan teknik yang benar, menurut  Dr. Nichols Fayed, Seorang neuroradiolog di Clinica Quirn de Zaragoza, di Spanyol , beliau mengambil sample dari  para pendaki gunung amatir dan profesional setelah mereka kembali dari ekspedisi dan hasilnya tidak menggembirakan.
 Menurut hasil  "MRI scan detected" ,banyak di antara pendaki amatir yang mengalami kerusakan otak, di sebut Atrofi Otak atau Ukuran Otak Menciut, Atrofi otak adalah kondisi hilangnya sel otak dan sambungan antar sel otak secara berkelanjutan dan cenderung terjadi dalam waktu yang lama. Kondisi ini juga umum mendahului atau hadir sebagai gejala berbagai penyakit pada otak seiring waktu.
Hilangnya sel dan jaringan neuron otak menyebabkan ukuran otak meciut dan jauh mengecil daripada ukuran aslinya. Hal tersebut dapat terjadi secara menyeluruh yang menyebabkan otak dapat tampak benar-benar kempis menyusut, atau hanya terjadi pada area otak tertentu (focal) yang menyebabkan seseorang dapat kehilangan fungsi organ tertentu yang terhubung dengan area otak tertentu yang mengalami atrofi dan kerusakan permanen.
Pendaki profesional seperti Conrad Anker tahu rahasia menyesuaikan diri dengan udara tipis, Tetapi pendaki  amatir yang tidak siap atau siapa pun yang naik terlalu cepat mungkin membahayakan otak mereka.
Dr. Fayed memberi contoh salah satu pasiennya "dia pendaki amatir, tepat setelah perjalanan ke Aconcagua Argentina setinggi 22.834 kaki, Orang ini menderita kerusakan paling serius, katanya, seorang pendaki muda yang kuat berdiri di lereng gunung bersalju, tampak bugar dan teguh, Ketika dia kembali, dia tidak dapat mengingat nomor teleponnya sendiri, ketika  Istrinya meminta dia ke toko untuk membeli roti dia mendadak lupa mengapa ada di sana dan pulang tanpa pesanan sang istri".
Fayed adalah ilmuwan yang diakui secara internasional yang mempelajari kelainan dan kerusakan di otak yang disebabkan oleh berbagai gangguan kesehatan. Sejak 1992, ia dan koleganya, ahli saraf Dr. Pedro Modrego dan ahli neuroradiologis Dr. Humberto Morales, telah mengumpulkan pindaian dari 35 pendaki yang kembali dari puncak seperti Aconcagua, Everest, Kilimanjaro, dan Mont Blanc.
Pemindaian memberi gambaran paling jelas tentang apa yang terjadi pada otak di ketinggian, dan cukup adil untuk mengatakan hasilnya tidak akan membuat Anda ingin melarikan diri ke Everest.
Pemindai (scanner) merupakan suatu alat yang digunakan untuk memindai suatu bentuk maupun sifat benda, seperti dokumen, foto, gelombang, suhu dan lain-lain. Hasil pemindaian itu pada umumnya akan ditransformasikan ke dalam komputer sebagai data digital.
Tetapi kabar baiknya bagi kebanyakan pendaki adalah bahwa penelitian Fayed juga menunjukkan bahwa aklimatisasi yang tepat dapat mengurangi risiko kerusakan otak, untuk itu para pendaki amatir perlu berlatih untuk mendaki gunung-gunung yang tidak terlalu tinggi dulu sebelum mendaki gunung yang lebih tinggi.
Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya, Hal ini didasarkan pada kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi, perilaku, dan jalur metabolisme biokimia di dalam tubuhnya untuk menyesuaikan dengan lingkungan.