Stop using my name for your fame!
Media sosial memang memiliki pengaruh besar di zaman milenial sekarang ini. Kekuatan sosmed secara perlahan tapi pasti mampu menggeser realita bagi sebagian orang. Bahkan terkadang, sosial media lebih handal untuk membuat perubahan yang signifikan. Tidak mengenal batas jarak, usia hingga waktu menjadi kekuatan utama media sosial.
Menariknya lagi, kecepatan penyebaran informasi bagaikan kilat mampu menjangkau seluruh penggunanya. Banyaknya peminat, diikuti pula dengan menjamurnya berbagai macam platform sosial media.Â
Media sosial yang diperuntukkan secara cuma-cuma untuk seluruh umat manusia yang sanggup menggunakannya kemudian memunculkan sosok-sosok popular yang diikuti dan disukai banyak penggunanya.
Pertumbuhan media sosial yang beraneka ragam menghasilkan tokoh-tokoh popular pula. Setiap platform media sosial akan mempunyai selebritas masing-masing dengan berbagai konten menarik pula.
Semakin popular seseorang di media sosial, maka semakin kuat pula impactnya di dunia maya. Maka tak heran, kehadiran sosial media juga turut menjadi wadah lahirnya influencer-influencer baru yang semakin memperkaya referensi orang-orang biasa yang sukses.Â
Jika dulu orang-orang berpengaruh hanya mereka yang memiliki jabatan, selebritis atau konglomerat, maka sosial media mampu memunculkan tokoh popular baru yang diidolakan banyak orang.
Mereka-mereka inilah yang selanjutnya menjadi front liner dari platform yang ditekuninya. Memang, kehadiran orang-orang popular ini tak selamanya membawa pengaruh baik, sesuai dengan apa yang membawanya ke titik popularitas.
Motto media sosial, "popular dengan caramu sendiri" menjadikan siapapun bisa menjadi terkenal. Tanpa ada aturan, standard hingga arahan untuk melalui proses kesuksesan. Tergantung semenarik atau sesensasional konten yang dibagikan.
Dengan semakin meningkatnya popularitas para seleb sosmed ini otomatis menjadikan kehidupannya menjadi konsumsi publik, apalagi bagi mereka yang memang popular setelah membongkar aib keluarganya setiap hari atau aktivitas sehari-hari tanpa ada privasi.Â
Semakin terkenal, maka semakin banyak pula penggemar yang akan terus mengikuti tingkah polah sang idola.
Menjadi popular tentunya akan mengubah seseorang sengaja ataupun tanpa sengaja. Menyadari karyanya disukai orang akan membuat para orang popular ini semakin percaya diri. Muncullah narsisme tanpa disadari.
Hingga paranoid bagaimana caranya supaya popularitas yang diraihnya bertahan selamanya tanpa ada gangguan. Motivasinya adalah ingin mengumpulkan penggemar sebanyak-banyaknya hingga eksistensinya di jagad maya tetap terjaga.
Lahirnya penggemar (fans) akan secara otomatis membawa saudaranya, yakni para orang-orang yang kontra dengan si idola atau disebut haters. Para fans dan haters inilah yang biasa berdebat ketika membahas si artis.
Untuk selebritas itu sendiri, ini tak masalah. Semakin sering dibicarakan, tak perduli hal buruk atau baik akan tetap menaikkan pamor si seleb. Lalu apa yang paling ditakuti para orang popular ini?
Adalah social climber atau istilah panjat sosial yakni diberikan kepada mereka yang bagaikan benalu ingin menumpang ketenaran si artis. Termasuk mereka yang ingin memiliki gaya hidup orang terkenal. Gaya hidup mewah namun tak sesuai dengan kantong. Menerapkan gaya hidup orang kaya bagaikan selebritis yang lagi naik daun.
Bahasan kali ini akan lebih spesifik untuk mereka yang ingin nebeng dengan orang terkenal. Mereka ini disebut akan selalu berusaha mengaitkan dirinya kepada idola. Walau tak berkaitan, para social climber selalu ingin dekat dan dinotice sama idola tersebut. Belakangan istilah ini pun menjadi begitu popular di media sosial.
Bagi sebagian orang memang ini bisa dikatakan berpengaruh meningkatkan popularitasnya setelah berteman akrab bahkan berselisih dengan seseorang yang tengah popular. Namun akankah popularitas akan sebanding dengan penghinaan sebagai social climber? Lalu apakah benar setiap orang biasa yang berurusan dengan selebritis ini bisa disebut social climber?
Fenomena panjat sosial ini pada akhirnya menjadi salah satu amunisi yang dipakai oleh para selebriti untuk menampik dan mementahkan opini dari setiap orang yang mengkritisi atau membongkar kebohongan dan kesalahan mereka.
Tuduhan panjat sosial menjadi senjata yang ampuh tatkala si selebritis merasa terpojok atau tak sanggup menanggapi tuduhan dengan fakta. Anehnya, ketika pujian-pujian yang diterimanya taka akan pernah disebut social climber. Senjata ini justru keluar saat berselisih dengan orang lain.
Stop using my name for your fame!
Lalu ini menjadi kalimat nomor wahid para selebritis ini untuk menjawab tudingan netizen. Memang popularitasnya selalu memenangkan tuduhan ini. Dengan pengikut ratusan ribu atau bahkan jutaan, maka sebanyak itu pula yang akan menyerang lawan sang idola. Di lain titik, para fansnya ini malah turut menutupi keburukan sang idola.
Tuduhan 'panjat sosial' ini sebenarnya secara tidak langsung adalah bukti ketidaknyamanan atau insecurity si seleb terhadap situasi yang tengah dialaminya. Karena terlalu memuja popularitasnya, maka apapun yang mengancam akan berdalih dengan tuduhan panjat sosial. Percaya atau tidak, mudahnya seseorang memberikan tuduhan ini menandakan ego yang juga sangat tinggi.
Rasa percaya diri yang terlalu berlebihan membuatnya merasa yang paling benar dan layak diikuti. Terlalu memuja diri sendiri pada ujungnya akan menghancurkan diri sendiri ketika tidak mendapat hasil yang dinginkan. Karena influencer sejati tak akan takut dengan kritikan apapun selama berdiri di sisi yang benar.
Popularitas yang diraih dengan niatan baik pula tak akan mudah hilang dan digantikan segala yang instan. Influencer yang berkualitas tak akan ketakutan dengan munculnya para pemain baru yang terkenal walau harus dengan cara yang tidak benar.
Maka jangan terlalu mudah menuduh orang 'panjat sosial'!
Karena akan menguak dua sisi, anda benar dimanfaatkan atau Anda telalu takut 'turun sosial' karena menyimpan kesalahan yang seharusnya tidak terungkap. Jadi, selalu bijaksana bersosialisasi dan tetap mengingat bahwa tanpa pengikut di sosial media apa masih  bisa berdiri di titik yang sekarang ini? Be wise!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H