Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lima Gaya Pacaran yang Hanya akan Membuang Waktumu

14 November 2015   16:50 Diperbarui: 18 November 2015   07:28 8897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Foto: mattmichellephotography.com"][/caption]Tak terasa malam mingggu kembali menyapa, libur mingguan ini memang selalu menjadi hari paling ditunggu apalagi bagi mereka yang memiliki rutinitas padat sejak Senin hingga Jumat. Maka Sabtu dan Minggu dijadikan momen untuk ‘balas dendam’ dengan meninggalkan rutinitas sejenak demi mengistirahatkan pikiran. Dan entah mengapa malam Minggu sejak dulu sudah menjadi semacam kebiasaan yang akan dimanfaatkan untuk menikmati malam panjang bersama orang-orang terdekat, utamanya para kawula muda. Mereka yang masih mengecap masa-masa pacaran dengan belahan jiwanya akan berjumpa demi melepas rindu.

Seakan tidak ingin merelakan malam berlalu, banyak pasangan muda yang akhirnya bertemu dan pulang larut malam karena pun akan dimaklumi jika pulang terlambat di malam Minggu. Toh, tidak bekerja/kuliah esok harinya. Walau sekarang anak muda yang dilanda asmara bisa bertemu hampir tiap hari sesuka hati, namun malam Minggu tetap diidentikkan dengan malamnya para anak muda yang tengah berpacaran. Mungkin ini terawa-bawa sejak dulu, di mana anak muda yang berpacaran hanya memiliki waktu bertemu di malam Minggu. Hingga tidak perdulu seberapa lelahnya bekerja di Senin sampai Jumat, para muda-mudi tetap akan memaksakan diri bertemu di malam Minggu, berkorban demi kekasih, begitulah kira-kira.

Berbicara mengenai pengorbanan selama menjalin hubungan pacaran, memang tak bisa dipungkiri banyak hal yang dijalani anak muda untuk meneruskan jalinan cinta mereka. Ada yang harus berkorban waktu dengan menemani kekasih berbicara selama berjam-jam di telepon, ada pemuda yang terpaksa bangun subuh hanya demi mengantar-jemput kekasih ke sekolah/tempat kerjanya, ada juga lelaki yang harus bokek sebulan penuh demi membeli barang mewah kekasihnya, ada pula yang harus menjalani backstreet dating karena dilarang orang tuanya berpacaran dan lebih buruk tidak sedikit orang berpacaran yang harus mengorbankan hubungannya dengan orang tua yang menentang kekasihnya.

Pacaran memang bukanlah permainan yang dijalani tanpa tujuan. Pacaran adalah penjajakan yang dilakukan demi menjemput pernikahan di masa depan. Sayang, tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa pacaran itu sekedar hubungan biasa yang tidak perlu dibawa terlalu serius. Untuk hal ini semua orang bisa memiliki pendapat berbeda. Dan ini tentu sah-sah saja.

Jika sejak awal dua orang yang terikat dalam hubungan berpacaran memiliki prinsip yang sama bahwa pacaran itu tidak boleh dibawa serius, tentu saja tidak ada masalah di kemudian hari. Nah, yang menjadi persoalan adalah bagaimana jika seseorang yang menganggap hubungannya serius ternyata bertepuk sebelah tangan dengan pasangannya. Si pria menginginkan pacarnya menjadi istri, tentu saja selama berpacaran ia akan rela mengorbankan apa pun demi cintanya. Sayang sungguh sayang, kekasihnya malah menganggap hubungan tersebut biasa saja.

Ketika hubungan ini berakhir bisa ditebak ujungnya, si wanita mungkin akan berlalu begitu saja dan move on dengan kekasih barunya. Sementara si Pria akan menjadi lelaki pemurung yang akan menyesali telah membuang waktu terlalu banyak dengan wanita itu. Lagi-lagi akan ada korban sakit hati dalam hubungan seperti ini.

Gaya pacaran anak muda memang tidak bisa ditebak akhirnya. Kadang kita merasa sudah mencintai seseorang dengan tulus, eh si gadis/pria ternyata masih tega meninggalkan kita dengan alasan putus yang tidak jelas. Sakitnya lagi, tiba-tiba dia sudah menjalin hubungan baru dengan orang lain. Maka banyak orang yang menyarankan jangan terlalu innocent dalam percintaan, karena bisa-bisa menjadi korban cinta itu sendiri. Motif orang berpacaran itu bermacam-macam.

Walau masih banyak yang berniat baik, tetapi yang memelintirnya menjadi topeng pun banyak. Banyak pemuda/i yang bersandiwara dan acting saat di depan kekasih demi mendapatkan perhatiannya dan masih banyak kasus yang lain. Maka sebelum menjadi korban pacaran selanjutnya, Anda perlu mengenali gaya berpacaran yang sedang dijalani saat ini. Bagaimana hubungan Anda dengan dia? Apakah Anda cukup dihargai? Berikut ini beberapa tipe pacaran yang akan membuat Anda ‘tambah tua’ tapi dengan hasil nihil.

  • Pacar atau Tukang Ojek/Supir pribadi?

Ini kisah nyata dari seorang teman saya, B. Berpacaran selama tiga tahun dengan gadis, si A. Selama tiga tahun ini, si B dengan setia mengantar-jemput si A ke kampus dan rumahnya. Berbeda kampus membuat si B sering harus datang terlambat di kelasnya. Tentu saja dia harus siap ketinggalan beberapa sesi pelajaran hingga menghadapi omelan dosen yang hampir tiap hari dan mengenalinya si pemalas. Ceritanya, dia harus standby setiap si A membutuhkan tumpangan, jika tidak mau mendapati pacarnya merenggut. Bukan pekerjaan yang mudah bukan? Dia harus berangkat dari kostannya lebih awal dari kami semua, tetapi ujung-ujungnya paling lama tiba di kelas. Ini demi cinta katanya waktu itu. Tiga tahun melakoninya, apa yang didapatkan si B? PERPISAHAN!

Dia pasti bukan satu-satunya orang yang menjalani peran ini selama pacaran. Pasti banyak juga lelaki di luar sana yang menjadi supir pribadi dan memaksakan diri untuk selalu bersabar demi pujaan hati. Padahal jika dipikir-pikir, kalau si kekasihnya cinta, harusnya bisa dong peka bahwa pacarnya juga kelelahan. Bukankah pacaran itu tentang pengertian?

  • Pacar atau Mesin ATM?

Ini gaya pacaran transaksional. Sudah semacam kebiasaan memang dan hal wajar jika bepergian bersama kekasih maka yang menjadi mandor adalah si lelaki. Tetapi bagaimana jika gaji bulanan Anda dihabiskan untuk belanja barang-barang kekasih? Atau Anda rela makan mie instant sepanjang bulan demi membeli tas branded sesuai permintaan kekasih? Fenomena ini pun banyak terjadi di kalangan anak muda yang tengah berpacaran. Bertemu dengan pacar sejenis ini maka siap-siaplah untuk bekerja keras mengisi kartu debit setiap hari. Jika tidak, dia mungkin akan segera berlalu ketika Anda bangkrut. Cinta itu mahal! Begitu prinsip mereka. Maka masihkah kamu anggap ini cinta?

  • Pacar Oportunis

Mereka ini adalah tipe-tipe yang bisa memandang kesempatan dan memanfaatkannya dengan baik. Anda pintar di kelas misalnya, maka akan banyak gadis/pria yang mengincar dan menjadikanmu pacar. Satu kamu terima, dia akan memanfaatkanmu untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya dan tentu saja harus dengan hasil maksimal. Mereka ini akan melakukan apa saja demi mendapatkannya. Tak hanya di perkuliahan, di lingkungan kantor pun pasti banyak orang seperti ini. Ketika dapat yang diinginkannya, siap-siap saja Anda ditinggal!

  • Pacaran ala ‘Master-Slave’

Saking mencintainya terlalu dalam, Anda dijadikan budak yang menuruti semua kemauannya. Ketika berseberangan, dia pun beringas dan membentak Anda dengan kata kotor. Anehnya, Anda diam saja namanya telah cinta. Cinta memang benar membuat mata sebagian orang buta. Hingga banyak yang mempertaruhkan harga diri deminya. Tetapi coba Anda pikir, jika saat berpacaran saja Anda sudah dibentak-bentak di depan umum, bagaimana saat Anda berdua menikah? Atau apakah masih berani mengimpikan pernikahan bersamanya? Hmm…

  • Pacar atau Guru BP?

Tipe yang satu ini pun begitu banyak berseliweran. Sesaat meresmikan hubungan dengannya, tiba-tiba setumpuk aturan langsung dideklarasikan. Dia mulai membatasi segala hal yang disukai hingga pergaulan kita. berpacaran dengan orang seperti ini tentu saja akan memperpendek umur kita. Pacaran sudah banyak aturan, bagaimana menikah?

 

Berpacaran memang memerlukan pengorbanan, senada dengan cinta. Tetapi jangan Ia membutakan mata hingga kita terlalu memujanya yang mematikan sisi kritis sebagai manusia yang rasional. Jika cinta adalah tentang saling mengerti dan memahami keduanya, pasangan yang benar pun akan demikian. Tidak ada saling mendominasi dalam cinta, adanya saling melengkapi dan tentu saja mengasihi.

Jika Anda masih diperlakukan sebagai budak oleh pacar Anda, yakinlah kebahagiaan untuk hidup selamanya bersama dia adalah suatu kemungkinan kecil. Kemungkinan besar hubungan Anda hanya sebatas status. Langkah terbaik adalah mengakhirinya sekarang, sebelum terlambat. Mungkin seseorang yang lebih baik telah menunggu Anda di depan.

 

Salam malam minggu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun