Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Handalkan Utang untuk Solusi Pendidikan Anak, Rencanakan Sekarang!

31 Oktober 2015   17:40 Diperbarui: 31 Oktober 2015   17:51 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Pendidikan itu Mahal/image:http://cdn.tmpo.co/"][/caption]

Pendidikan saat ini memang sudah menjadi semacam kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan semua orang. Di era modern seperti sekarang , Pendidikan bukan hanya sebatas gaya hidup saja. Di zaman serba canggih ini semua orang ingin pintar dan menguasai teknologi supaya tidak tersesat dalam hantaman zaman. Maka tak heran hampir semua orang menginginkan pendidikan setinggi-tingginya untuk meraih mimpi yang tinggi pula.

Bukan rahasia lagi, pendidikan sudah menjadi dasar atau awal kesuksesan orang-orang dalam mengangkat derajat untuk kehidupan yang lebih layak. Terlebih di masa sekarang, tidak ada lagi hal mustahil untuk menggapai cita-cita. Semua orang berhak memiliki impian dan tentu saja berkesempatan mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Tak perduli usia atau siapa yang mengutarakan, maka jangan kaget ketika suatu saat anda mendengar anak kecil bergumam ‘aku ingin menjadi presiden!’, ‘aku ingin menjadi dokter!’, ‘aku ingin menjadi pilot’ dan lain sebagainya.

Sekilas  orang tua sekarang mungkin akan mengangap itu hanya sekedar kalimat lewat khas anak-anak atau katakanlah anak itu sedang mengigau. Apalagi jika si anak berada dalam keluarga yang sederhana, membayangkan mahalnya biaya pendidikan saat ini banyak orang tua yang langsung pesimis akan cita-cita anak-anaknya. Akan tetapi Benarkah pemikiran demikian?

Sikap pesimistik orang tua tersebut bisa saja dibenarkan jika dalam kasus ini permintaan anaknya itu terjadi sebulan sebelum pendaftaran sekolah atau perkuliahan. Bagi sebagian besar masyarakat yang masih didominasi keluarga dengan ekonomi rendah, biaya pendidikan tinggi akan terasa mencekik leher. Sehingga ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama orang tua akan memilih untuk meminjam uang dengan bunga yang tinggi tentunya dan akan merugikan pastinya.

Pilihan kedua lebih tragis, orang tua mungkin akan lebih memilih berdiam yang akhirnya cita-cita sang anak akan pupus begitu saja dikarenakan ketidaktersediaan dana. Kasus seperti ini akan menjadi dilemma bagi orang tua. Satu sisi orang tua tentu saja ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, namun di sisi lain tak banyak yang bisa dilakukan orang tua karena tidak adanya persiapan untuk memenuhi kebutuhan si anak. Hubungan anak dan orang tuapun bisa-bisa menjadi tak harmonis. Padahal kasus-kasus seperti ini tak harusnya terjadi jika saja orang tua telah mempersiapkan pendidikan anak dengan asuransi pendidikan.

Semua orang tua di Negara kita ini pasti sadar bahwa biaya pendidikan itu kian tahun semakin mahal saja. Untuk yang satu ini kita pasti sepakat dan mengakuiinya. Berbanding lurus dengan ini, sebagian besar orang tua juga pasti sudah mengerti dan tahu adanya asuransi pendidikan. Utamanya mereka yang tinggal di daerah perkotaan.  

Sayangnya berapa persenkah di antara mereka yang paham secara betul dan mulai langkah berani untuk mengasuransikan pendidikan anak-anaknya di masa mendatang? Pertanyaan ini yang masih sulit mendapat jawaban positif di masyarakat kita. Masih banyak masyarakat yang kurang percaya dengan asuransi sehingga selalu mengulur waktu ketika ditawarkan untuk bergabung dengan suatu asuransi tertentu. Tingkat kepercayaan sebagian masyarakat tentang investasi masih  kecil, padahal untuk investasi pendidikan anak sudah semestinya orang tua sesegara mungkin memproteksinya.

Seiring  waktu yang  terus berputar, bulan demi bulan, tahun berganti, usia anak bertambah tentunya dan mulai menjajaki bangku sekolah. Di titik ini, orang tua mulai kaget dengan tunggakan biaya pendidikan anak yang terus menanjak seiring tingginya inflasi. Belum lagi jika memiliki anak yang cukup berpotensi atau cerdas dan selalu memilih sekolah-sekolah yang bagus untuk menuntut ilmu. Maka orang tua bisa ‘kelabakan’ dalam pembayaran uang sekolah si anak. Maka demi menyelamatkan orang tua-orang tua atau calon orang tua di masa yang akan datang dari hantaman tingginya biaya pendidikan anak, AXA Mandiri bersama Kompasiana mengadakan acara Kompasiana Nangkring yang mengangkat tema “Rencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini”.

Rencanakan Pendidikan Anak Sejak Dini

[caption caption="Diskusi Asuransi Pendidikan Anak bersama Tejasari Asad (Perencana Keuangan dan Direktur Tatadana Consulting), Tisye Diah Retnojati (Chief of In Branch Channel AXA Mandiri) yang dimoderatori oleh Nurul Uyuy (Kompasiana)/ Doc.pri"]

[/caption]

 

Nangkring kali ini diadakan di Midtown Jakarta Bistro & Lounge – Jl. Tulodong Atas No. 28, SCBD, Senopati, Jakarta Selatan pada tanggal 29 september 2015 lalu. Dihadiri 50 Kompasianer undangan, diskusi ini juga menghadirkan dua pembicara handal yang expert dalam pengelolaan keuangan dan suransi tentunya.

Adalah Tejasari Asad, perencana Keuangan dan sekaligus direktur Tatadana Consulting yang membuka diskusi dengan berbagai penjelasan pentingnya berinvestasi dan merencanakan keuangan untuk kebutuhan di waktu mendatang, utamanya untuk pendidikan anak. ‘Pastikan dan utamakan biaya pendidikan anak tercukupi terlebih dahulu karena pendidikan adalah investasi terbaik dan paling penting’ ujarnya.

Lebih lanjut, Tejasari juga menyarankan para peserta agar bijak dalam memilih asuransi dengan mendiskusikannya terlebih dahulu dengan financial planner yang benar-benar memahami apa kebutuhan kita yang sebenarnya. Kepada Kompasianer yang hadir, ibu Teja bahkan membagikan kontaknya jika membutuhkan konsultasi gratis. ‘Proteksikan dana pendidikan anak dengan asuransi yang tepat!’ ungkapnya.

Narasumber lainnya yang turut memperluas wawasan Kompasianer tentang berasuransi sore itu adalah Tisye Diah Retnojati yang notabene adalah Chief of In Branch Channel AXA Mandiri. Kali ini Kompasianer diajak untuk memahami seluk beluk asuransi pendidikan dari awal dan mengapa asuransi pendidikan itu vital.

 Melalui presentasi pendidikan anak miliknya, Tisye juga menjelaskan ada beberapa langkah untuk merencanakan pendidikan anak yakni kapan waktu masuk sekolah, Sekolah apa, Berapa biaya yang dibutuhkan dan tentu saja berapa tingkat inflasi saat ini dan sepuluh tahun mendatang. Kapan saat yang tepat untuk bergabung dengan asuransi? Semakin cepat, profitnya semakin banyak’ jelasnya. Melalui nangkring kali inipun, Tisye menjelaskan salah satu produk asuransi Asuransi Mandiri Sejahtera Cerdas yang akan begitu ‘ramah’ dengan calon nasabah karena akan bebas memilih harga unit. Asuransi Mandiri Sejahtera Cerdas tak hanya sebatas proteksi terhadap pendidikan anak namun lebih jauh menyediakan rangkaian asuransi jiwa dan investasi dalam memberi manfaat perlindungan asuransi jiwa, jika sesuatu terjadi pada diri orangtua, sehingga membantu perencanaan keuangan guna memastikan kesiapan dana pendidikan yang memadai untuk anak.

Jadi pendidikan anak akan benar-benar terjamin. Bersama Asuransi Mandiri Sejahtera Cerdas yang juga memiliki versi Syariah, asuransi ini memiliki berbagai keunggulan diantaranya; Fleksibelitas dalam menentukan premi dan uang pertanggungan, Investasi maksimal dengan pemberian loyalty 1.5% di akhir tahun kelima, memiliki asuransi tambahan (rider) yang dapat dipilih sesuai kebutuhan dan beragam pilihan dana investasi sesuai dengan profil resiko yang diinginkan. Dengan premi minimum 2,5 juta/Tahun tentu saja asuransi ini akan ramah bahkan di lapisan ekonomi rendah. Dengan demikian tidak ada lagi alasan untuk tidak memulai asuransi sekarang. Apalagi dengan adanya pengawasan dari Otoritas Jasa keuangan, maka asuransi ini akan jauh dari tipu-tipu nasabah.

Selain berdiskusi mengenai asuransi, dimana para Kompasianer terlihat sangat antusias dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan, nangkring kali ini juga dimeriahkan oleh band indie yang menghibur di sela-sela waktu break.

[caption caption="Kompasianer Serius mendengarkan presentasi / Doc.pri"]

[/caption]

 

Berasuransi, Sekarang apa Nanti?

Jika untuk kebutuhan lain kita mungkin bisa mengulur waktu, namun untuk keperluan si buah hati maka tidak akan ada toleransinya. Orang tua mana yang tidak ingin anaknya mendapatkan pendidikan terbaik? Bagaimanapun melihat anak tersenyum memakai toga di wisudanya kelak akan membuat orang tua manapun bangga karena telah merencanakan pendidikan anaknya semenjak dini.

Sebaliknya, betapa pilunya hati jika untuk biaya anak kelak akan bersumber dari dana pinjaman rentenir atau Bank. Belum lagi mendengar keluhan anak yang suatu waktu harus diancam keluar dari sekolah karena biaya ang menunggak. Seram dong! Maka kapan waktu yang tepat untuk mengasuransikan pendidikan anak? Sekarang apa nanti ya?

Jika tidak ingin mengandalkan utang atau pinjaman untuk mengcover biaya pendidikan anak anda, maka sekarang waktu yang tepat untuk merencanakannya! Semakin cepat, maka akan semakin banyak profit yang diperoleh… Jadi Rencanakanlah sekarang!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun