Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Solusi Macet, Polantas Harus Bisa Menjadi Hakim Lalin yang Disegani

27 September 2015   12:33 Diperbarui: 27 September 2015   15:37 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya Polisi juga mungkin perlu membuat aturan keras mencabut SIM apabila pengguna tercatat malanggar lalu lintas atau mengakibatkan kecelakaan. Sebagai hakim di jalanan, Polisi jangan hanya memberikan tilang saja ketika menjumpai pelanggar lalu lintas. Namun perlu mengumpulkan mereka untuk mengedukasinya di kantor agar jera dan tidak mengulanginya lagi. Tak hanya hakim jalan raya, Polisi juga harus mampu menciptakan citra pelopor ketertiban berlalulintas. Jadi tak kurang, Polantas harus mampu memberikan training atau pelatihan bagi para pelanggar lalu lintas.

 [caption caption="Polantas sedang Razia/image:antaranews.com"]

[/caption]

Singkatnya, Polantas harus bisa tampil sebagai hero yang bisa diandalkan masyarakat. Tak hanya sebagai pemberi kartu kuning atau kartu merah, Polantas juga harus mampu turun tangan membantu masyarakat ketika memerlukan bantuan sebut saja mobil/motor mogok di jalan karena akan turut menyumbang kemacetan. Jadi jangan terlalu bersikap bossy dengan duduk di pos-pos dan melihat saja. Dengan berhasil mengambil simpati masyarakat pengguna jalan, maka polisi juga secara otomatis akan dipatuhi dan disegani bukan ditakuti.

Di zaman serba internet dan media sosial ini, polisi juga memungkinkan untuk mengadakan kampanye massif demi ketertiban lalu lintas di media sosial pasti akan lebih efektif. Intinya, Polisi harus bisa menjadi ‘hakim’ dan teman bagi pengguna jalan. Dengan hubungan dan citra yang baik dengan masyarakat, kita percaya maka masyarakat akan mendengar dan mematuhi apapun kebijakan Polantas untuk ketertiban bersama. Dengan aksi-aksi tersebut Polisi akan menjadi sutradara yang baik untuk menciptakan rekayasa lalu lintas yang tertib.

Kemacetan Jakarta memang bukan persoalan mencari kambing hitam. Siapa yang salah dan siapa yang seharusnya bertanggungjawab? Kemacetan lalu lintas seyogyanyanya menjadi tugas bersama yang harus diatasi bersama pula. Masyarakat menjadi objek yang diawasi seharusnya lebih sadar dan saling mengingatkan apabila rekannya melanggar lalu lintas bukan malah mengikutinya. Semua orang pasti ingin memanfaatkan waktunya dengan maksimal, tak ada satupun orang yang ingin berlama-lama terjebak dalam kemacetan. Untuk itu masyarakat pengguna jalan raya harus saling perduli dan meredam ego masing-masing.

Selanjutnya Polisi sebagai subjek yang mengawasi ketertiban lalu lintas harus mampu professional, tegas dan humanis tentunya. Selain menghukum pelanggar, polisi harus tetap membuat imejnya menjadi personal yang dekat dan ramah dengan masyarakat. Kita tahu Polantas memang bukan manusia sempurna yang bisa mengatasi semuanya, kekuatan mereka juga tentunya terbatas dalam mengatasi kemacetan. Namun bukan berarti Polantas tak memiliki kekuatan atau power dalam menertibkan jalan raya. Semoga saja Polantas semakin disegani dan mampu menjadi hakim lalu lintas yang  dicintai oleh pengguna jalan raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun