Berkat hasil eksport minyak mentah Tarakan bersama dengan beberapa daerah penghasil minyak di tanah air seperti, Cepu, Riau , Pangkalan Brandan, Kepala Burung Papua, sempat  melambungkan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil dan pengeksport minyak mentah dunia dan sekaligus mengukuhkan Indonesia menjadi anggota OPEC.
Saat ini,   proses pengeboran minyak mentah  dan gas di Tarakan masih terus berlangsung yang dilakukan pihak PT. MEDCO EP, dengan mengelolah   sebanyak  58 sumur  minyak. Namun  tidak  semua  berproduksi. Hanya  ada  29  sumur yang  aktif,  kebanyakan  merupakan  sumur  tua.  Dengan  kemampuan  kapasitas produksi 1.880 barel minyak mentah perhari dan gas sekitar 1 MMBTU perhari.
Jejak sejarah kejayaan tempo dulu minyak Tarakan, saat ini hanya bisa dilihat melalui sejumlah peninggalan sisa -sisa sumur minyak tua yang sudah tidak berproduksi, menara pengeboran, jaringan pipa minyak, yang banyak dijumpai pada daerah Wilayah Kawasan Pertambangan (WKP) di Kampung Enam, Kampung Empat, Kampung Satu, Mamburungan, Karungan dan Juata Kerikil.
Sejatinya upaya penyelamatan  benda-benda peninggalan yang ada hubungannya dengan kegiatan penambangan minyak di masa lalu oleh Walikota Tarakan, terbilang lambat.
Sebab kenyataannya, tidak sedikit sumur minyak tua, menara pengeboran, tangki penampungan minyak, jaringan pipa minya, nota benenya telah banyak kadung raib  digasak  para pemulung besi tua.
Raibnya beberapa benda-benda yang ada hubungannya dengan aktivitas perminyakan di kota Tarakan pada masa lampau, patut disayangkan.
Sebab benda-benda tersebut  kebanyakan  peninggalan   Belanda  dan Jepang  yang  memiliki nilai sejarah,   yang dapat dijadikan  sebagai  bukti kepada generasi anak cucu  Tarakan, bahwa sebutan kota Tarakan sebagai kota minyak, bukan sekadar julukan. Akan  tetapi  memiliki  makna  nilai sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H