TARAKAN tempo dulu dikenal sebagai salah satu pulau penghasil minyak di wilayah utara Kalimantan Timur,  lantaran pulau Tarakan memiliki potensi kandungan cadangan minyak dan gas dalam jumlah besar.
Masa kejayaan minyak pulau Tarakan, berawal sejak ditemukannya  minyak pertama kali pada tahun 1896 oleh pihak BPN, (Bataavishe Petroleum Maatchapij) sebuah perusahaan minyak milik Pemerintah kolonial Belanda.
Sejak saat itu, Pemeritah  kolonial  Belanda  melalui perusahaan minyak  BPN terus menerus melakukan kegiatan pencarian  sumber  minyak  dan pengeboran minyak mentah dari dalam perut bumi Tarakan.
Kegiatan  penambangan minyak di pulau Tarakan oleh pihak Belanda sempat terhenti, akibat adanya invansi pasukan tentara Jepang yang menyerbu ke Tarakan pada tanggal 11 Januari 1942.
Jepang ketika itu, sebelum melakukan penyerangan ke pulau Tarakan. Telah menguasai hampir seluruh negara di Asia Pasifik.
Indonesia tidak terkecuali juga menjadi target yang ingin dikuasai Jepang. Untuk mewujudkan ambisi imperialisme Jepang. Maka pulau Tarakan dipilih sebagai target pertama penyerangan.
Salah satu alasan mengapa Jepang memilih Tarakan sebagai target utama penyerbuan, karena pulau Tarakan telah diketahui pihak Jepang kaya sumber minyak yang sangat dibutuhkan Jepang untuk menggerakkan mesin perang dan menghidupkan mesin industri dalam negeri Jepang.
Belanda yang menguasai pulau Tarakan. Tidak rela begitu  saja kalau  ladang minyak jatuh ke tangan tentara Jepang. Pasukan tentara Belanda berjuang mati-matian mempertahankan pulau Tarakan dari gempuran pasukan tentara Jepang.
Pertempuran hebat yang terjadi antara pihak pasukan tentara Belanda dengan Jepang, selama kurang lebih 2 hari berakhir dengan kemenangan pihak Jepang.
![Wash Tank Peninggalan Belanda Tidak Luput Dihajar Bom Tentara Jepang](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/screenshot-2016-12-04-11-12-37-1-58448d6ab27a6183084b5537.jpg?t=o&v=770)
Pada awal tahun 1944, Jepang  akhirnya berhasil memperbaiki ladang minyak yang disabotase Belanda dan memproduksi minyak 350.000 barel setiap bulan.
Pasca perang kemerdekaan, kegiatan eksploitasi minyak dan gas di pulau Tarakan terus berlanjut yang dilakukan perusahan pelat merah milik Pemerintah Pertamina. Selama puluhan tahun, dibawah era Pemerintahan Orde Baru, Â jutaan barel minyak mentah dan gas Tarakan di eksport.
Berkat hasil eksport minyak mentah Tarakan bersama dengan beberapa daerah penghasil minyak di tanah air seperti, Cepu, Riau , Pangkalan Brandan, Kepala Burung Papua, sempat  melambungkan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil dan pengeksport minyak mentah dunia dan sekaligus mengukuhkan Indonesia menjadi anggota OPEC.
![Api Abadi Yang Tidak Pernah Padam Bersumber Dari Semburan Gas Salah Satu Land Mark Kota Tarakan](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/screenshot-2016-12-04-11-09-37-1-58448ee4d67a619b0ce05f39.jpg?t=o&v=770)
Saat ini,   proses pengeboran minyak mentah  dan gas di Tarakan masih terus berlangsung yang dilakukan pihak PT. MEDCO EP, dengan mengelolah   sebanyak  58 sumur  minyak. Namun  tidak  semua  berproduksi. Hanya  ada  29  sumur yang  aktif,  kebanyakan  merupakan  sumur  tua.  Dengan  kemampuan  kapasitas produksi 1.880 barel minyak mentah perhari dan gas sekitar 1 MMBTU perhari.
Jejak sejarah kejayaan tempo dulu minyak Tarakan, saat ini hanya bisa dilihat melalui sejumlah peninggalan sisa -sisa sumur minyak tua yang sudah tidak berproduksi, menara pengeboran, jaringan pipa minyak, yang banyak dijumpai pada daerah Wilayah Kawasan Pertambangan (WKP) di Kampung Enam, Kampung Empat, Kampung Satu, Mamburungan, Karungan dan Juata Kerikil.
![Menara Pengeboran Minyak Peninggalan Belanda Yang Dijadikan Situs Sejarah Perminyakan](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/screenshot-2016-12-04-11-18-14-1-58448fe1d67a617b0ce05f37.jpg?t=o&v=770)
![Sumur Minyak Yang Sudah Tidak Aktif Merupakan Sisa Peninggalan Belanda](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/12/05/screenshot-2016-12-04-11-14-43-1-58449079b27a616d084b5538.jpg?t=o&v=770)
Sejatinya upaya penyelamatan  benda-benda peninggalan yang ada hubungannya dengan kegiatan penambangan minyak di masa lalu oleh Walikota Tarakan, terbilang lambat.
Sebab kenyataannya, tidak sedikit sumur minyak tua, menara pengeboran, tangki penampungan minyak, jaringan pipa minya, nota benenya telah banyak kadung raib  digasak  para pemulung besi tua.
Raibnya beberapa benda-benda yang ada hubungannya dengan aktivitas perminyakan di kota Tarakan pada masa lampau, patut disayangkan.
Sebab benda-benda tersebut  kebanyakan  peninggalan   Belanda  dan Jepang  yang  memiliki nilai sejarah,   yang dapat dijadikan  sebagai  bukti kepada generasi anak cucu  Tarakan, bahwa sebutan kota Tarakan sebagai kota minyak, bukan sekadar julukan. Akan  tetapi  memiliki  makna  nilai sejarah.