“Mama izinkan aku pacaran dulu barulah aku buktikan.” Ujar Dayat memaksa.
“bagaimana aku mau mengizinkanmu pacaran, sedangkan kau tak bisa mencintai” ujar Mama Irma tersenyum.
“bagaimanakah kamu memandang cinta?.” Tambah Mama Irma.
“aku tak tahu Ma. Memang bagaimanakah aku harus memandang cinta Ma?”
“Dengan kasih, lihatlah wanita. Dengan senyum buatlah harinya bahagia jangan menyakitinya.” Ujar Mama Irma menasehati.
“iya Ma, maka izinkanlah aku mencintai Anisa Ma” ujar Dayat sedikit memaksa.
“cinta tak perlu izin atau dapat izin Yat. Tapi aku tak mengizinkanmu untuk pacaran karena kau belum bisa membuktikan cintamu.”
Mendengar pernyataan Mama Irma, hati dan perasaan dayat pupus, raganya disergap ribuan peluru. Kematian daun yang jatuh perlahan dan terbuang, akan demikiankah perasaan Dayat dan Anisa.
“Yat!” sapa Mama Irma.
Dayat kaget, seketika terbangun dari lamunannya. “iya Ma” ujar Dayat lemas.
“Pernahkah kau buktikan cintamu kepada Mama? Apakah kau tak mencintai Mama? Lantas kapan kau membuktikan cintamu kepada Mama?”