Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar. Sebelum melaksanakan proses mengajar, guru terlebih dahulu harus merancang kegiatan mengajar secara wajar, dan semuanya digunakan untuk mengajar, sehingga proses belajar dapat terkendali. Guru merencanakan dengan hati-hati untuk dapat menentukan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
Pembelajaran yang dirancang oleh guru hendaknya memudahkan siswa untuk memahami apa yang akan dipelajari. Padahal, tidak semua proses pembelajaran berjalan dengan baik. Terkadang akan ada kendala seperti kesulitan belajar siswa dalam dalam proses pembelajaran, yang akan menyebabkan efek belajar siswa yang buruk. Kesulitan belajar adalah gangguan pada pemahaman siswa dan penggunaan bahasa lisan atau tulisan. Menurut Zamzami, Sakdiah & Nurbaiza (2020), "Anak dengan ketidakmampuan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan menerima instruksi dan menggunakan bahasa lisan atau tulisan, termasuk mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis dan mengeja, serta berhitung juga tidak tuntas. Gangguan itu seperti kesulitan membaca, menulis, mengeja dan berhitung. Siswa mengalami kesulitan belajar dengan materi tertentu, termasuk kesulitan belajar matematika. Kesulitan belajar matematika merupakan hambatan belajar dalam mencapai hasil belajar matematika. Tentu banyak sekali kesulitan yang dihadapi oleh siswa saat belajar matematika, salah satunya adalah kesulitan dalam berhitung.
Siswa yang mengalami masalah dengan keterampilan berhitung dikenal sebagai diskalkulia. Diskalkulia merupakan kesulitan belajar yang menyebabkan anak tidak mampu menghitung. Kesulitan memahami konsep matematika. Kesulitan belajar yang dialami siswa akan berdampak pada prestasi akademiknya, karena untuk memperoleh prestasi akademik yang baik, siswa juga perlu berusaha keras dalam studinya. Siswa dengan diskalkulia membutuhkan perhatian khusus untuk meningkatkan prestasi akademik mereka. Kesulitan belajar yang dialami siswa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Siswa dengan diskalkulia merasa kesulitan untuk mengelompokkan bilangan seperti ganjil atau genap, bilangan bulat atau bilangan bulat. Siswa dengan diskalkulia mengalami kesulitan dalam membuat simbol yang benar seperti tanda kurang dari (<) pada saat berhitung. Misalnya, tanda atau simbol (>) sering dibingungkan dengan kurang dari. Selain itu, siswa demensia mengalami kesulitan dalam menghitung penjumlahan dengan menggunakan teknik hemat dan pengurangan dengan menggunakan teknik pinjaman. Siswa demensia masih kesulitan menghitung perkalian sederhana. Siswa demensia juga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita. Misalnya, ketika dihadapkan pada pertanyaan tentang cerita penjumlahan, siswa demensia hanya menulis angka dan tidak menjumlahkan angka.
Siswa dengan diskalkulia mengalami kesulitan dengan perhitungan perkalian dan pembagian. Misalnya guru menanyakan perkalian 77, siswa diskalkulia cenderung membutuhkan waktu lama untuk berhitung, karena siswa demensia masih kesulitan melakukan perhitungan perkalian sederhana. Siswa dengan diskalkulia juga sering mengalami kesulitan dalam menghitung pembagian pada banyak tingkatan.
Berikut ini merupakan faktor internal penyebab kesulitan belajar matematika pada siswa penderita diskalkulia.
1.Kesehatan fisikÂ
Faktor kesehatan fisik dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa diskalkulia. Kesehatan fisik termasuk dalam faktor fisiologis termasuk fisik (panca indera) dan kebugaran dan faktor psikologis termasuk perhatian, reaksi dan memori. Kesehatan fisik yang buruk seperti pusing, mengantuk, kelelahan dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
2.Sikap
Saat pembelajaran, sebagian siswa ada yang bersikap baik (positif). Dari hal itu nantinya akan memperoleh hasil yang baik, begitupun sebaliknya. Jika siswa bersikap kurang baik (negatif) maka hasil belajarnya kurang memuaskan. Menurut Susanto (2013) menyatakan bahwa sikap seseorang dalam belajar akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dari belajarnya tersebut. Tetapi berdasarkan penelitian, banyak siswa yang cenderung negatif terhadap mata pelajaran matematika.
3.MinatÂ