Mohon tunggu...
Sahiyatul Mahbubah
Sahiyatul Mahbubah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerimaan dan Dukungan Orangtua pada Anak Autis, Bagaimana?

22 November 2022   22:51 Diperbarui: 22 November 2022   23:12 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penerimaan awal dari orang tua sering kali menunjukkan sikap stres, frustrasi, depresi, di mana-mana, dan kecemasan yang ekstrim. masa depan anak-anak mereka dan orang lain, penerimaan melalui beberapa tahap. Penerimaan diri ini mengandaikan adanya self-efficacy dalam jiwa seseorang, yang menunjukkan kualitas diri sendiri.

Setelah orang tua dapat menerima kondisi anaknya, maka orang tua dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan anaknya seperti kebutuhan vitamin, obat-obatan, terapi, dan masalah kesehatan lainnya, pola makan anak. 

Jika orang tua dapat menerima dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak autis akan merangsang perkembangan anak dengan perilaku yang baik atau sebaliknya. Untuk itu diperlukan adanya penerimaan dini karena penerimaan dini dapat memberikan kontribusi untuk pengobatan dan terapi selanjutnya serta dukungan orang tua terhadap tumbuh kembang penyandang autisme.

Menurut Gunarsa (2003), peran orang tua dalam penyembuhan anak autis sangatlah penting. Sebagai salah satu orang tua dari anak autis, sangat penting bagi ibu untuk memahami tumbuh kembang anak. Hal ini terkait dengan sikap penerimaan ibu terhadap anak autis yang diwujudkan dalam perilaku anak autis. 

Masuk akal untuk menerima setiap anggota keluarga sebagai sikap pemahaman lebih lanjut Dengan segala kelemahan, kesalahan, dan kelebihannya, dia layak mendapat tempat dalam keluarga. Setiap anggota keluarga berhak atas kasih sayang orang tuanya dalam parental support, terdapat bentuk pengasuhan yang diberikan kepada anak autis, yang membantu mendukung tumbuh kembang anak.

Kesimpulannya, penerimaan diri tidak berarti bahwa orang adalah benda yang dapat diterima begitu saja bahwa tidak ada syarat untuk keberadaannya coba kembangkan diri sendiri, bisa menerima diri sendiri berarti telah mengenali di mana dan bagaimana keadaannya sekarang dan memiliki keinginan untuk mengembangkan dirinya lebih jauh. 

Objek dengan kemampuan penerimaan diri yang baik akan memiliki kepribadian yang matang, dapat berfungsi secara normal, dapat memberikan dukungan yang maksimal, dan berpengaruh terhadap perkembangan anak autis selanjutnya.

Sebaliknya, jika subjek tidak menerima kondisi yang ada maka akan terus mengalami konflik dalam dirinya, seperti subjek akan merasa sedih, sulit melewati kesulitan, dan menghabiskan tenaga dan waktu untuk menghadapi segala sesuatunya sendiri, sehingga tujuan akhirnya tidak puas dengan apa yang kita miliki sekarang. lebih jauh lagi, jika konflik atau beban psikologis tidak dapat diselesaikan dengan bijak.

Maka dukungan yang diberikan kepada anak, misalnya tidak memberikan dukungan emosional, tidak memberikan perhatian yang cukup kepada anak ketika merangsang minat, tidak memperhatikan semua kebutuhan anak, dan tidak selalu tertarik pada anak, akan menjadi target yang kurang optimal untuk merangsang perkembangan anak autis selanjutnya.

Sumber Referensi 

Febrianto, A. S. (2016). Studi kasus penerimaan seorang ayah terhadap anak autis. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 7(1), 50-61.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun