Misalkan orang yakin peristiwa yang dipicu itu tidak menguntungkan. Dalam hal ini, "pemecatan" adalah kesan, fakta intuitif, sementara "nasib buruk" adalah ekspresi, penilaian subjektif. Tapi tetap tenang. Seseorang memiliki kekuatan untuk mengubah pikiran dan persepsi kapan pun juga. Yang harus disadari adalah perasaan susah, khawatir, cemas, iri hati dan lain-lain datangnya dari pikiran seseorang itu sendiri.
Buku yang terbit tahun 2019 ini secara khusus membahas tentang kematian. Kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan. Kematian adalah bagian dari alam, yang terus ada sepanjang zaman. Kematian menjadi menakutkan adalah gambaran manusia tentang kematian itu sendiri. Filsuf yang menganut Filosofi Teras menilai bukan seberapa panjang umur, tapi bagaimana menjalani hidup yang berkualitas.
"Keuletan dan ketangguhan sejati tidak datang dari otot atau uang yang dimiliki, tetapi dari pikiran seseorang sendiri. Inilah kekuatan pikiran seseorang yang dapat mengubah rintangan menjadi jalan itu sendiri." -- Henry Manampiring, Filosofi Teras
Kiat praktis dan pola pikir yang ditanamkan disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, setiap bab dilengkapi dengan ilustrasi kartun sehingga pembaca tidak merasa bosan. Meski ukuran font yang digunakan sedikit kecil, hal ini tidak membuat Filosofi Teras kehilangan maknanya dalam menyajikan setiap informasi. Agar lebih menarik, contoh kasus yang disajikan erat kaitannya dengan kegiatan yang mudah ditemukan.
Perjalanan menikmati buku Filosofi Teras membuka wawasan baru tentang aliran filsafat ini. Seperti ajaran filsafat lainnya, Filsafat Teras bukanlah ajaran yang sempurna. Kemauan untuk terus belajar menjadi lebih baik adalah sikap yang harus diambil dengan kerendahan hati. Buku setebal 310 halaman ini bisa menjadi buku pegangan bagi orang yang ingin menjalani "Kebahagiaan" hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H