Kata tersebut saya ambil pelajaran yang tersirat makna, tidak akan seorang murid mengenal ilmu dan tuhannya akan paham agama, jika tidak ada perantara dari seorang guru. Seseorang akan bermanfaat ilmunya jika mendapat ridho dari seorang guru. Barokah dari seorang guru dapat kita ambil dengan cara memuliakan beliau. Bentuk ini dinamakan sebagai tabarrukan atau ngalap barokah yang mana merupakan mencari tambahnya suatu kebaikan atau biasa disebut dengan ziyadatul khoir. Saat itu ada cerita seorang santri yang memiliki sikap sangat acuh tak acuh. Saking acuhnya bahkan ia tidak peduli dan tidak percaya dengan adanya barokah. Ia hanya meyakini perkara yang tampak dan apa yang dipikirkan dengan logikanya sendiri. Ia juga sering merasa heran jika melihat teman-temannya yang saling berebut bekas minum guru atau kyai, teman-temannya yang makan bersama-sama dan merasa kenyang walau porsinya sedikit, dan heran pula ketika ia mengetahui ada teman sekelasnya yang termasuk abdi ndalem walaupun jarang mengikuti pelajaran dan tidak pernah muroja’ah namun selalu mendapat nilai yang unggul.
Setelah akhirnya diyakinkan oleh teman-temannya dan ditunjukkan oleh beberapa bukti nyata akhirnya ia memutuskan untuk membuktikan bahwa barokah benar-benar nyata. Namun, di tengah pembuktiannya itu, ia malah mendapatkan peristiwa yang menjadikannya ragu lagi. Dimulai dari gagalnya dalam ujian dan ayahnya yang sedang kritis di rawat dirumah sakit. Teman-temannya yang setia menemaninya menyadarkan bahwa ketika amal dilakukan dengan tidak ikhlas maka akan dicabut barokahnya, karena dengan tidak adanya barokah dapat membuat ilmu yang dicari selama ini menjadi sia-sia. Mencari barokah memerlukan usaha, perlu bersusah payah terlebih dahulu. Itulah yang membuatnya sadar dan tergerak untuk memperbaiki diri dengan melakukan amal dengan ikhlas hingga akhirnya Allah membalas dengan barokah yang nyata, barokah yang selama ini ia cari. Sederhananya, dapat kita ketahui bahwa ketika santri mau belajar dan mau berkhidmat kepada gurunya dengan ikhlas, maka ia  akan mendapatkan barokah dan kefahaman dari ilmu tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H