Ada cara lain yang bisa dicoba agar audiens tertarik saat kita berbicara. Orang introver dengan tipikal santai, misalnya, bisa menjadikan audiens sebagai teman bicara. Meng-highlight pendapat Loehkan di atas, tampil sesuai kepribadian sendiri akan membuat introver lebih nyaman dan sukses berbicara di depan publik.
Baca juga: Komunikasi Efektif ala Rasulullah
2. Menguasai Substansi
Melakukan presentasi tanpa data seperti berperang tanpa senjata. Pembicara seperti tong kosong, nyaring bunyinya. Dia seperti asbun, asal bunyi.
Audiens mana pun menyukai pembicara yang menguasai materi. Dengan penguasaan yang baik, introver bisa memaparkan materinya dengan jelas. Pesan yang disampaikan mudah dipahami, bahkan jika dia harus merangkum pesan tersebut dalam satu kalimat.
Seorang introver biasanya menyukai detail dan kegiatan analisis. Karakter ini menjadi kekuatan untuk mengebolarasi materi. Informasi tentang Titin yang dipaksa menikah dini, misalnya, menjadi trigger untuk mengulik informasi lain yang terkait. Apa itu pernikahan dini, mengapa dan kapan bisa terjadi, siapa yang mungkin terlibat, berapa banyak dan di mana kejadiannya, serta bagaimana Titin bisa terjebak di dalamnya?
Seorang pembicara memang tidak harus mempresentasikan materinya sedemikian rinci, apalagi jika dibatasi waktu. Namun, dengan menguasai informasi yang lebih rinci, introver telah mengantisipasi banyak pertanyaan. Dengan cara ini, dia akan lebih nyaman dan percaya diri saat berbicara di depan publik.
3. Mengenali Audiens
Mengenali audiens perlu dilakukan oleh seorang pembicara, siapa pun dia. Sebuah ungkapan berbahasa Arab menyebutkan, "Likulli maqam maqal, wa likulli maqal maqam." Artinya, "Untuk setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan untuk setiap ucapan ada tempat yang sesuai."
Selain itu, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menyebutkan, "Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitasnya)."
Bahkan, Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Ibrahim ayat 4 yang artinya, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. ...."
Masyaallah! Kunci ketiga, yaitu mengenali audiens, diberikan langsung oleh Allah. Mengenali audiens adalah mengetahui profil mereka, jenis kelamin, latar belakang usia, pendidikan, dan pekerjaan, bahkan aktivitas mereka. Seorang pembicara tidak perlu menanyai audiens satu per satu, cukup meminta informasi umum kepada panitia.
Informasi mengenai audiens akan memudahkan pembicara dalam memilah dan memilih lingkup pesan serta bahasa dan cara penyampaiannya. Sebuah acara berbagi pengalaman baik, misalnya, dihadiri oleh para pelaku usaha kecil yang sebagian besar ibu rumah tangga biasa. Saat berbicara di sana, introver tidak perlu sok pintar dengan menyampaikan banyak informasi pemasaran yang terlalu teoretis.