"Aku yang ngiris-iris gitu?" Bu Tum memastikan sambil melangkah ke area dapur. Diambilnya daging kiriman, panci, talenan, dan plastik pembungkus baru.
"Yo wislah," dengkusnya, "harus bisa didistribusikan pagi ini. Jika tidak, aku bisa mabuk daging nanti."
Aktivitas perdagingan hari kedua pun telah dimulai. Sambil menahan bau, Bu Tum membagi daging menjadi tiga bagian 3 bagian, lalu menyisakan sedikit saja untuk keluarganya.
Setelah itu, dia melanjutkan dengan merebus sedikit daging yang sengaja disisakan, menunggunya dingin empuk dan dingin, dia memotongnya kecil-kecil, memasukkan ke dalam wadah kedap udara, lalu menyimpannya di freezer. Stok buat kapan-kapan. Nggak pakai bau-bau prengus lagi
Dia kemudian mencuci semua peralatan masak seperti kemarin. Diendusnya satu per satu untuk memastikan tidak ada bau daging yang tertinggal. Setelah semua tertata di tempat masing-masinv, dia mengelap area kompor dan dinding di atasnya. Bersih.
Sayangnya, dia lagi-lagi melupakan satu hal, berganti baju. Sensasi prengus dan capai membuatnya ingin rehat sejenak. Alhasil, hidungnya masih saja mencium bau daging ke mana pun dia melangkah. Itulah alasan secangkir kopi berada di dekat tempatnya rebahan.
Pemalang, 19 Juni 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H